Cerpen – Hari Tersialku by Fita Arofah

Cerpen - Hari Tersialku by Fita Arofah

“Kalian, kenapa?” tanyaku.

“Alya, kamu tau, kalau hari ini ada ulangan matematika?” tanya Fika balik. Aku melotot kaget saat Fika mengatakan hal itu.

Cerpen – Hari Tersialku by Fita Arofah

“Apa? Ulangan matematika?” pekik ku yang amat terkejut. Aku belum sempat belajar karena setauku tidak akan ada ulangan.

“Iya, Bu Tyas baru saja kirim pesan ke kita tadi pagi.” Fika menghela napas lalu melanjutkan ucapannya, “untung saja Bu Tyas sudah membagi kisi-kisi ulangannya.”

Mendengar itu, aku dengan cepat mengecek ponselku yang berada di tas. Namun, aku tak bisa menerima pesan dari Bu Tyas lantaran kuotaku habis. Aku lupa mengisi ulang kuotanya.

“Aduh, kuotaku habis. Fika, bisakah kau kirim filenya menggunakan bluetooth ke hp ku?”

Fika meringis pelan. “Aduh, maaf, Al. Tapi, kisi-kisi nya itu Bu Tyas bagi melalui link. Apalagi, ini tidak bisa di download. Kalau di screenshot sih, bisa. Cuma, bakal lama karena kisi-kisi nya sangat banyak.” Aku mendesah kecewa tatkala mendengar kalimat itu. Sungguh, apakah hari ini adalah hari tersialku?

“Aku harus bagaimana?” Aku tak tau lagi harus berbuat apa sekarang.

“Ah, aku tau. Aku pakai WiFi sekolah dulu. Bisa kali, ya?” Aku mengotak-atik ponselku dan menyambungkannya pada WiFi sekolah. Untung saja aku tau kata sandinya. Baru saja akan terhubung, malah bel masuk berbunyi dengan nyaring. Aku kembali mendesah kecewa.

“Tidak mungkin,” lirih ku serasa ingin menangis. Bagaimana ini, aku sama sekali belum belajar padahal akan ada ulangan. Apalagi, Bu Tyas merupakan guru yang amat galak.

Terlihat Bu Tyas yang memasuki kelasku dengan raut galak khas-nya. Aku kembali membayangkan bagaimana kemarahan Bu Tyas saat nilaiku anjlok nanti. Aku hanya berdoa semoga ulangan kali ini semua soalnya mudah, itu saja.

“Baiklah, anak-anak. Seperti yang tadi ibu bilang di grup bahwa hari ini kita akan ulangan. Siapkan kertas satu lembar dan taruh ponsel serta tas di depan,” perintah Bu Tyas. Para murid sekaligus aku pun menuruti perkataan beliau. Aku mencoba untuk tetap santai dan berulang kali menghembuskan napasku.

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn