SMA? Masa dimana sudah bukan anak kecil lagi namun belum pantas disebut dewasa. Masa kebebasan yang membawa kita ke pengalaman baru saat adrenalin remaja sedang membuncah ruah. Masa peralihan sebelum berada di kehidupan yang sebenarnya, disitulah kita dihadapkan untuk memuutuskan banyak pilihan penting untuk masa depannya. Sebagian besar orang menyebut masa sma adalah masa terpenting dalam hidupnya, ada juga yang masa tersebut tidak sesuai dengan ekspetasi mereka. Hal tersebut tidak luput dari kisah pertemanan mereka.
Cerpen – Monokrom by Resky Nur Afifah
Sudah menjadi kodrat manusia, bahwa manusia memang harus terbiasa sendiri. Bahkan saat pertama kali kita lahir di dunia pun kita lahir seorang diri, begitupun nanti saat kita meninggalkan dunia. Seorang gadis kecil kini tumbuh menjadi remaja yang beranjak dewasa baru memulai kehidupannya di bangku SMA. Bagi sebagian orang bertemu dengan orang baru adalah hal yang sangat melelahkan, begitu pun juga dengan gadis ini.
OSPEK SMA
Sedikit tergesa-gesa, aku berlari menuju papan pengumuman denah ruang kelas. Dengan wajah yang bingung namun berusaha tenang dengan senyum, sesekali memandangi isi ruang kelas yang sunyi bagiku. Sunyi? Iya memang, aku di sekolah ini belum mempunyai teman sama sekali, karena teman sekolah lamaku tidak ada yang satu sekolah denganku. Aku melihat sekumpulan orang yang sedang asyik, sepertinya mereka sudah kenal lama. Tak lama kemudian, seseorang pun menghampiriku.
“Haiii kenalin nama aku Laura, nama kamu siapa? Ucap laura dengan nada antusias mengajak kenalan.
Artikel yang sesuai:
“Halooo Laura, kenalin aku Freya. Duduk sama aku yuk? Di sebelahku juga masih kosong” tawarku dengan antusias.
“Laura, liat deh mereka keliatannya bahagia ya bisa kumpul dengan teman-temannya. Kalo kamu sendiri bagaimana? Sebelumnya aku disini sendirian hehehe
“Wah kebetulan banget, kita samaan. Oh yaaa, besok ada tes penjurusan sama pemetaan kelas yaa? Berarti minggu depan sudah ganti suasana saja yaa? Padahal menurutku susah banget kenalan sama orang baru, apalagi cari teman” jelas Laura.
“Iyaaa bener banget, tadi pagi ibuku bilang ke aku gini “tidak apa-apa kita sendiri dulu asal kita tidak kehilangan diri kita sendiri, sekarang kamu harus membuka diri biar tau mana teman yang kamu cocok, tetep ya jaga pergaulan kamu.”
Pengumuman pemetaan kelas
Aku berharap bisa satu kelas sama Laura, namun hasilnya berbeda. Kelas dia tepat berada selisih satu kelas denganku. Tetapi walapun begitu aku masih akrab dengannya. Jadi pertemanan itu tidak harus bertemu setiap hari, bahkan lebih dari itu. Pertemanan itu hubungan timbal balik antar dua orang, jika sepihak saja itu menyakitkan.
Di kelas baruku
Aku mempunyai teman baru yang sangat baik, bahkan baru kenal saja aku sudah percaya kalau dia orang baik, Citra namanya. Seiring berjalannya waktu kita dekat dan saling mengenal. Dia juga anak rajin, dan itu sangat berpengaruh untukku. Suatu hari, dia bercerita tentang perlakuan kurang enak yang dialaminya yaitu pertemanan yang toxic.
“Frey, boleh minta waktu sama pendapatmu ngga??” tanya Citra.
“Wah boleh banget nih, masih pagi udah murung aja sih. Ada masalah apa nihh?”
“Menurutmu apa maksud dari toxic friendship ?, kalo aku sendiri nggak jadi diri sendiri saat sama seseorang itu termsuk toxic ngga??”
“Iya sih menurutku, pasti ada alasan kenapa kita belum jadi diri kita sendiri dengan orang lain, salah satunya karena kita kurang nyaman sama seseorang. Lebih bak dihindari saja, dari pada kita hidup di lingkungan yang tidak menerima kita apa adanya. Asalkan kita harus berbuat baik ke mereka.”
Lagi-lagi banyak kesamaan dalam diri kita. Dibalik kesamaan itu, ketidakcocokan akan selalu ada. Pertengkaran dalam setiap hubungan itu sangat wajar, apalagi hubungan pertemanan. Kita yang harus kenal diri kita sendiri. Kita juga yang harus bertanggung jawab atas kebahagiaan kita sendiri. Jangan gantungkan kebahagiaanmu kepada seseorang. Dengan adanya masalah kita bisa lebih saling mengenal dan mengetahui kekurangan satu sama lain.
Mencari teman dekat yang baik dan tulus ke kita itu sangat sulit. Jika kita sudah menemukan, sebaiknya dijaga dan diperlakukan dengan baik, karena tidak semua orang bisa menerima kita bahkan menyayangi kita. Kita memiliki satu orang tersebut saja rasanya bersyukur sekali. Persahabatan itu dua arah. Jadi kita sebagai teman dekatnya harus bisa memperlaukan dia minimal seperti dia memperlakukan kita. Kita tidak berhak menuntut seorang teman harus jadi seperti apa yang kita butuhkan, karena itu bukan kapasitas mereka. Pertemanan yang sehat itu membutuhkan connect, support, respect.
Kata orang, zaman SMA harus mencari teman sebanyak-banyaknya karena saat di perguruan tinggi susah cari teman. Selain itu, saat SMA adalah saat tahun terakhir kita di bangku sekolah. Dimana masa pencarian jati diri itu dimulai. Untuk menambah relasi, saya mengikuti ekstrakurikuler. Disana saya juga bertemu dengan banyak orang dengan berbagai sifat yang berbeda. Salah satu diantaranya tidak menutup kemungkinan cocok sama kita. Menemukan manusia yang sefrekuensi itu merupakan salah satu anugerah terindah dari Tuhan, karena bersamanya kita bisa menjadi diri kita sendiri. Selain itu, rasa saling memiliki akan muncul dengan sendirinya jika kita nyaman bersama mereka. Hal itu merupakan pertanda baik yang menjadi salah satu factor yang membentuk support system.
Selain keluarga, teman bisa menjadi support system. Teman yang bisa diandalkan selalu ada saat kita dalam keadaan apapaun. Kita juga harus sadar diri bahwa ada kekurangan dalam diri kita dan orang lain. Hal itu yang harus dipahami agar pertemanan sehat itu bisa bertahan. Salah satu cara menjaga pertemanan sehat yaitu saling mendukung apa yang akan dilakukan teman asalkan itu hal baik dan tidak berdampak buruk bagi siapapun. Kita juga bisa memberikan hadiah untuk teman kita sebagai apresiasi padanya. Berbicara tentang ini aku juga mempunyai teman seperti itu. Suatu hari aku sedang mempunyai masalah dengan teman kelasku. Oh ya, aku juga menjaga privasi nama temanku dengan tidak menyebutkan nama orang yang sedang kita bicarakan. Tujuan kita bercerita ke teman lain bukan untuk menggujing, namun meminta pendapat dari pihak lain. Dengan kita menceritakan masalah kita ke teman, maka mereka akan merasa dihargai karena dilibatkan dalam kehidupannya. Namun itu tergantung kepribadian masing-masing.
Setiap pulang sekolah, aku selalu bertemu dengan Nisa. Dia adalah teman ekskul yang sempat aku sebutkan. Kita selalu menyempatkan untuk bertemu walaupun hanya sekadar menceritakan hal apa saja yang terjadi selama hari itu. Tak jarang kita juga saling mengeluh tugas, kehidupan dan banyak hal lagi deh. Karena kita tidak satu kelas ya pasti tidak punya banyak waktu untuk bercerita. Dulu sih alasan ke orang tua bilangnya sholat ashar di sekolah. Padahal selain itu, juga ingin berlama-lama di sekolah. Di rumah keduaku ini aku banyak menemukan support system, hal itu membuatkan semakin yakin bahwa support system tidak dapat tumbuh dengan sendirinya, kita yang harus membentuknya. Seperti kutipan aku adalah temanku. Dari situ dapat dijelaskan, bahwa lingkungan dapat membentuk diri kita. Lingkungan yang baik akan membentu kita baik, begitu juga sebaliknya. Mendapat hubungan pertemanan yang baik bukan serta merta karena usaha kita saja.
Saat hari kelulusan tiba, tepat hari itu pula pengumuman seleksi ptn. Yang ada dibenakku saat itu adalah bagaimana jika nanti kita berpisah dengan teman-teman. Perpisahan akan selalu terjadi, karena pertemanan yang sesungguhnya adalah setelah perpisahan. Kemudian kitatahu mana teman sekolah dan teman dekat kita. Saat pengumuman aku dan Nisa lolos di universitas yang sama. Pada saat itu lagi-lagi aku merasa Tuhan baik banget yaa. Padahal bisa saja tuh kita dipisahkan tapi bukan sekarang. Kembali lagi, kodrat manusia itu sendirian. Jadi kita tidak boleh menggantungkan semua tentang diri kita kepada sesorang.
Salah satu menjaga pertemanan sehat yang paling penting adalah komunikasi. Walaupun kita semua pasti sudah tidak bisa bertemu teman sekolah, hal itu bukan menjadi alasan untuk tidak akrab lagi setelah bertemu.
Tentang Penulis:
Resky Nur Afifah lahir di Surabaya pada tanggal 23 April 2003. Yang baru ingin memulai studinya di Universitas Airlangga di Surabaya mengambil jurusan kimia. Meskipun saya tidak memiliki latar belakang pendidikan di bidang Satra, namun saya selalu tertarik dengan bidang menulis. Hobi saya yang lain yaitu membaca. Tak jarang saya menulis untuk mengungkapkan keadaan saya. Hal inilah yang membuat cara mempunyai cita-cita salah satunya penulis. Ini merupakan tulisan pertama saya yang saya publish.