Yuk Belajar Sejarah Indonesia di Buku Fiksi Ini

Yuk Belajar Sejarah Indonesia di Buku Fiksi Ini

Sejak zaman orde baru hingga reformasi saat ini, banyak bermunculan buku-buku yang membahas tentang suatu sejarah dalam bentuk fiksi. Pembaca lebih mudah belajar sejarah Indonesia di buku fiksi, tatanan bahasa yang di gunakan tidak kaku seperti buku nonfiksi.

Yuk belajar sejarah Indonesia di buku fiksi rekomendasi Detak Pustaka

Adanya fakta-fakta sejarah yang di selipkan dalam novel yang memang banyak mengandung unsur sejarah, merupakan solusi bagi pembaca yang tidak menyukai buku nonfiksi, tetapi tetap ingin mengetahui sejarah yang dikemas dalam bentuk lebih mudah dipahami.

Sejarah Indonesia juga banyak di angkat dalam novel fiksi yang mengangkat suatu kejadian sejarah di dalamnya. Penulis tentunya mencantumkan sumber riset yang di kumpulkan.

1. Tetralogi novel pulau buru

Tetralogi pulau buru adalah buah karya dari sastrawan Indonesia ternama yaitu Pramoedya Ananta Toer. Empat novel ini menjadi satu kesatuan yang berkelanjutan. Di awali dengan Novel Bumi Manusia (535 hlm), selanjutnya berjudul anak semua bangsa (539 hlm), lalu jejak langkah (724 hlm), dan yang terakhir adalah rumah kaca (654 hlm).

Serangkaian novel ini melatar belakangi keadaan pribumi yang tertindas pada masa kolonial. Minke menjadi tokoh utama dalam cerita yang di tulis oleh Pramoedya yang terinspirasi dari Tirto Adhi Soerjo selaku tokoh pers dan tokoh kebangkitan nasional Indonesia. Mengisahkan berbagai peristiwa sejarah masa lampau, seperti pergundikan yang di alami oleh tokoh Nyai Ontosoroh.

Tokoh Minke mengungkapkan sudut pandangnya terhadap bangsa Eropa dan bangsanya sendiri. Pramoedya sebagai penulis sangat lihai dalam pembuatan karya sastranya, dengan piawai menulis karya fiksi dalam novel tetralogi pulau buru dengan mengangkat fakta sejarah yang ada kedalam bukunya. Empat novel ini berhasil menarik minat para pembacanya dari segala umur.

2. Laut Bercerita

Laut bercerita adalah sebuah realita yang di representasikan di dalam sebuah fiksi. Mengulas sejarah kejadian perilaku kejam yang di rasakan oleh kelompok aktivis mahasiswa Orde Baru.

Hilangnya 13 aktivis masa Orde Baru juga di ulas kembali karena hingga saat ini juga belum terdapat kejelasannya. Penulis memberi nama tokoh Biru Laut, nama yang bisa di bilang cukup unik. Di kisahkan Biru adalah seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi yang baru saja di tangkap dan di siksa dalam situasi mencekam.

Novel ini membuat pembaca agar bisa memahami era Orde Baru, agar hal yang sama tidak terulang kembali. Leila mengungkapkan bahwa tokoh-tokoh yang ada dalam novel memang ada pada dunia nyata.

Novel ini mengisahkan tentang kisah-kisah kehilangan, sekelompok orang yang suka menyiksa serta berkhianat, keluarga yang menemukan makam anaknya, dan cinta yang romatis.

3. Max Havelaar

Rekomendasi selanjutnya ialah novel Max Havelaar karya Mutatuli (480 hlm). Multatuli adalah nama pena dari Edward Douwes Dekker. Novel ini sudah ada sejak tahun 1860. Edward Douwes Dekker banyak mengambil andil penting dalam kebijakan kolonial Belanda di Hindia Belanda pada abad ke-19.

Dalam novel ini, penulis mencoba menunjukkan perlawanan tokoh untuk melawan sistem pemerintahan yang korup di Jawa. Pada Tetralogi Buru karya Pramoedya juga di dapati baahwasanya minke menyebutkan novel yang berjudul Max havelaar dan menggemari sosok Multatuli, maka setelah membaca karya Pramoedya kamu bisa lanjut baca novel ini.

Novel karya Mutatuli ini mengulas sejarah adanya sistem tanam paksa atau culturstelsel yang menanam tanaman komersial seperti gula dan kopi. Buku setebal 480 halaman ini di gadang-gadang adalah bentuk protes terhadap kebijakan kolonial pada masa itu. Novel ini juga sudah pernah di adaptasi ke film layar lebar pada tahun 1976.

4. Pulang

Rekomendasi dari detak pustaka yang keempat adalah novel yang berjudul Pulang, karya dari Leila S. Chudori (552 hlm). Novel ini mengambil latar waktu pada tahun 1965 ketika adanya peristiwa G30 SPKI dan tahun 1998 ketika runtuhnya rezim Orde Baru. Latar tempat pada masa itu adalah Indonesia dan Perancis.

Novel pulang adalah karya dari Leila yang pertama dengan menyajikan fakta yang ada. Leila memberi nama Dimas surya sebagai tokoh utama. Dimas mempersunting seorang wanita Perancis lalu menetap di Paris dengan membuka restoran.

Meskipun Dimas bertempat tinggal jauh dari Indonesia, Dimas tetap memperkenalkan budaya Indonesia seperti pewayangan kepada putri tercintanya.

Setiap peristiwa di masa lampau akan menjadi sejarah. Seiring bertambahnya usia, sejarah- sejarah akan lebih banyak tercipta. Banyaknya buku-buku yang melatarbelakangi sejarah dan hanya menyelipkan sejarah dalam bentuk nonfiksi dan fiksi juga dapat membantu pembaca untuk selalu mengingat adanya sejarah yang harus di ketahui.

Nah itu 4 rekomendasi buku dengan latar belakang sejarah yang Jadi gimana menurut kamu? Novel rekomendasi detak pustaka mana yang ingin kamu baca terlebih dahulu? Atau novel mana yang udah masuk list bacamu? Yuk belajar sejarah Indonesia di buku fiksi ini!

Tinggalkan Komentar