Ruang Rindu 20 Mei
Mentari kembali bersembunyi di peraduannya
Angin menerpa raga dengan lirih
Aroma kembang melati menyebar di keheningan malam
Pantulan tentang dirimu, kembali berkumandang dalam khayalan
Puisi – Kepada Sajak Aku Mendongeng by Ratih Ayu Puspitasari
Kala bulan yang suci merayap
Tak ada erangan apa pun
Kau tinggalkan semesta dan mustahil untuk kembali
Duka menghantam relung jiwa
Bertutur pun aku tak kuasa
Dua warsa sejak kepergianmu
Dirimu menyambangku lewat mimpi
Kau tersungging penuh makna
Menggelorakan diri yang sudah tak ada gairah hidup ini
Lalu, kau menanduskan diri dari netraku
Masih terngiang
Suaramu ketika bersenandung melodi cinta
Masih merindu
Gelak dan kejenakaanmu yang menyejukkan
Masih teringat asa luhur yang kau rapal
Sejenak aku termangu
Inikah arti rindu yang nyata?
Dirimu kerap menjadi penggelora dalam kiprahku
Kupanjatkan doa mulia untuk tuan
Yang telah rahayu di sisi Sang Tuhan
Surakarta, 10 Februari 2022
Kumandangkan Bahasa Pertiwi
Awal perenungan para insan cendekia
Dipenuhi tekad yang penuh gairah
Persabungan terukir dalam hikayat
Ikrar suci pun diucapkan bersama
Lahirlah bahasa pertiwi
Unjuknya melahirkan lambang nusantara
Menjelma pula wahana dialog kaum pribumi
Mencorakkan pemersatu rumpun negeri
Meneguhkan jiwa patriot yang menggelora
Lantas, menjadi eloknya budaya
Berjalannya tempo pun mulai menyurut
Bertunas istilah bahasa tak sejati terdengar lusuh
Dengan angkuhnya difungsikan alat mencerca!
Sudahkah alpa, tuan dan nona?
Di mana bahasa kodrati bangsa?
Kukuh menyuburkan kecintaan bahasa di zaman serba mewah
Kembalikan mawas diri negara
Lestarikan rasa hormat pada bangsa
Rapatkan barisan pertalian dengan berbahasa paripurna
Semikan rasa kasih pada pertiwi
Melintasi era normal selepas wabah
Suarakan aspirasi rakyat lewat lembar gubahan sastra
Pekikan keadilan kaum negara lalui pena
Sampaikan khitah luhur bahasa yang hakiki
Semarakkan bahasa persatuan
Surakarta, 10 Februari 2022