Bumi yang ia pijak dengan langkah tegasnya
Seolah menyambut girang seorang petapa muda yang nirmala
Salut akan kesucian dan kehormatannya
Menjadi panutan seluruh insan di dunia
***
Sampai seorang wanita lugu dengan hijab jingga
‘Tak sengaja hinggap di dalam lubuk hati sang petapa
berhadapan namun ‘tak bertatap muka
berusaha menjaga kodrat dirinya dari lelaki di sekelilingnya
***
Langkahnya anggun jika dipandang
Lakunya santun dan berpekerti lembut
Seolah menjadi jelmaan bidadari yang datang
Menyambut kehadiran fajar dengan nyanyiannya
***
Jiwa sang petapa seolah goyah dan menyimpang
Bertanya-tanya kepada diri sendiri
Mengapa aku jatuh hati padanya?
Apakah aku tunduk di bawah belis yang menggoda?
***
Langkahnya berat dan lelah
Dengan pikiran yang dihantui oleh rasa penasaran
Mencari pencerahan di seluruh penjuru desa
Perihal sebab sang petapa menjadi gila
***
Ia pun bersimpuh menghadap barat laut
memanjatkan doa dengan khusyuknya
dengan kedua tangan yang saling bertaut
memohon ampun kepada Yang Maha Kuasa
***
Hingga seorang mualim datang dan menyapa
melihat sang petapa bingung di atas sajadah merahnya
jam demi jam, menit demi menit ilmu mengalir di dalam kepalanya
Membuat keputusan yang bulat di dalam batinnya
***
Dengan pakaian sopan dan berwibawa
Ia melangkah pelan di hadapan sang wanita
Dengan lafal bismillah yang lantang dan penuh arti
Ia pinang sang tambatan hati yang menjadi kegundahannya selama ini
***
Penulis: Dwi Akhmal Maulana
Gelisah karena awalnya tidak mengakui ke diri sendiri kalau sudah jatuh cinta
Ketika sadar langsung jalan untuk melamar
Jadi keinget lagu bidadari surga, entah kenapa kaya terhubung gitu aja