Tahukah kamu bahwa menulis fiksi memiliki manfaat bagi kesehatan mental? Tidak hanya menulis ekspresi melalui jurnal harian saja yang baik untuk kesehatan mental. Melalui proses kreatif dalam menulis fiksi, kondisi mentalmu juga perlahan akan membaik.
4 Manfaat dari Menulis Fiksi untuk Kesehatan Mental
Menulis fiksi itu beraneka ragam, mulai dari puisi, dongeng, cerpen sampai novel. Lalu apa sajakah manfaat menulis fiksi untuk kesehatan mental? Silakan menyimak uraian di bawah ini untuk detail informasi.
1. Menulis Fiksi sebagai Media Menyalurkan Perasaan dan Gagasan
Rasa khawatir terhadap suatu hal apalagi berlebihan tapi pada kondisi tertentu kita sulit untuk menangani kekhawatiran tersebut juga bisa menjadi pemicu mental yang sakit. Maksudnya begini, kita mengkhawatirkan suatu hal, tapi diri kita tidak bisa berkontribusi langsung untuk menangani masalah tersebut.
Melalui menulis fiksi kita dapat sedikit membantu. Misalnya, kita khawatir tentang perburuan satwa, kita bisa menuangkan gagasan kita dalam bentuk cerita.
Contohnya dalam novel Tuhan untuk Jemima, salah satu plot ceritanya mengambil kisah tentang penyelamatan paus dari perburuan liar. Plot cerita tersebut merupakan contoh cara penulis dalam menyampaikan kekhawatiran penulis terhadap ancaman punahnya satwa laut tersebut.
2. Menulis Fiksi akan Melatih Mindfulness
Mindfulness adalah faktor penting untuk kesehatan mental yang baik. Mindfulness atau kesadaran diri, terwujud jika kita sadar pada waktu sekarang, pada apa yang sedang kita kerjakan sekarang.
Lalu apa hubungannya dengan menulis fiksi. Begini, dalam proses menulis fiksi, pasti kita terdorong untuk memilih kata, metafora, dan gambaran dengan cara yang benar-benar menangkap apa yang ingin kita sampaikan. Pada proses tersebut diperlukan pula konsentrasi dan kesadaran diri atau fokus pada saat itu.
3. Melalui Tokoh yang Kamu Ciptakan Kamu akan Belajar
Proses belajar tidak hanya diperbolehkan dari proses membaca sebuah novel. Melalui proses kreatif menulis fiksi kamu pun bisa belajar.
Belajar untuk memahami banyak orang juga baik untuk kesehatan mental. Contohnya adalah kita jadi tidak mudah tersinggung dengan perkataan yang dilontarkan oleh orang lain.
Hubungannya dengan menulis fiksi adalah, pada saat proses kita menulis dongeng, cerpen, atau novel pasti terdapat komponen bernama tokoh. Guna menciptakan tokoh yang realistis, kita perlu riset.
Tentang bagaimana karakternya, salah satunya karakter dari sudut pandang psikologis. Melalui proses tersebut, kita menjadi banyak memahami tentang manusia dan sifatnya.
Melansir National Library of Medicine, pada proses menciptakan karakter tokoh, kita bisa berintrospeksi diri melalui cara yang belum pernah kita lakukan sebelumnya. Melalui proses tersebut kita juga akan banyak menemui banyak karakter dari seorang manusia.
Dan bila nanti di kehidupan nyata kita menemui karakter tersebut kita tidak merasa terkejut atau sakit hati akan perkataan yang mereka ucapkan. Atau terhadap tindakan yang mereka lakukan. Pada akhirnya mental kita akan lebih matang dan sehat.
Melansir National Library of Medicine, melalui proses hidup atau pengalaman dari karakter tokoh novel yang kita tulis, kita telah menjalani banyak kehidupan. Di mana ini merupakan transformasi yang sangat individual dan pribadi, tapi yang sangat penting bagi diri adalah rasa kekuatan yang diberikan oleh tulisan.
4. Menulis Fiksi Baik untuk Mengendalikan Perhatian, Emosi dan Empati
Melansir Psychology Today, menulis fiksi memungkinkan kita menjadi penonton lautan kehidupan yang paling ganas. Ini memberi bentuk pada pikiran kita yang mengembara, memberikan empati pada perspektif kita, memungkinkan kita menumbuhkan kasih sayang dan kebijaksanaan dengan mempertimbangkan motivasi orang lain, dan memberi kita latihan dalam mengendalikan perhatian dan emosi.
Melalui menulis fiksi, kita mengubah kekacauan hidup ke dalam struktur sebuah novel. Melalui proses tersebut kita belajar menjalani dunia sebagai pengamat dan pelajar dibandingkan sebagai orang yang terluka. Pada akhirnya kita akan lebih mudah mengendalikan perhatian, emosi, dan empati.
Nah, itulah empat uraian terkait dengan manfaat menulis fiksi untuk kesehatan mental. Pada akhir proses kepenulisan fiksi tersebut bisa kamu publikasikan atau pun tidak.
Bila kamu lebih nyaman untuk menyimpannya, maka simpanlah. Jika mempublikasikannya akan membuatmu lebih nyaman kamu bisa menerbitkannya. Selain proses kreatif dan gagasanmu berkesempatan untuk dibaca orang, kamu pun akan memiliki rasa kepuasan atau kebanggaan tersendiri. Rasa bangga terhadap diri juga baik untuk menjaga kesehatan mental.