Sejak 2016, tanggal 1 Juni ditetapkan pemerintah sebagai peringatan hari lahirnya pancasila. Dengan begitu, kita libur yeay wkwk.. nggak sob, aku gak akan bahas liburnya. tapi lebih memfokuskan hari lahir pancasila ini kedalam masalah yang baru-baru ini bermunculan di Indonesia. yaitu tentang menghadapi perbedaan. kita semua tahu, dalam kehidupan ini perbedaan pasti ada, pasti. bahkan dalam skala negara sekalipun. oleh karena itu, sikap toleran sangat dibutuhkan untuk menghadapi perbedaan.
Karena itulah, presiden pertama kita, Ir. Soekarno mengistilahkan ini dengan kebangsaan. yang mana kebangsaan adalah sila pertama saat pertama kali Ir. Soekarno mencetuskan dasar negara pada tanggal 1 Juni 1945 silam. tujuannya apa? karena beliau sadar, Indonesia adalah negara majemuk dengan segala perbedaannya. mulai dari agama, suku dan segala macam isinya.
Dalam memperingati hari lahir pancasila, kita sebagai warga negara Indonesia memang seharusnya sedikit merenung, emm jangan sedikit deh, banyak-banyak merenung tentang betapa luasnya Indonesia dan beragamnya perbedaan. sehingga, diharapkan kita sadar satu hal bahwa kita hidup berdampingan dengan perbedaan. perbedaan itu jangan dijadikan hambatan, namun jadikan pelengkap untuk memajukan bangsa.
Dalam semboyan pun sudah dipaparkan dengan jelas. Berbeda-beda tetapi tetap satu jua. maksudnya adalah kita berasal dari berbagai macam ragam budaya, agama, suku dan adat istiadat yang harus bersatu saling kenal mengenal untuk memahami. bukan menjadi satu. beda loh ya, antara menjadi satu dan bersatu.
jika bersatu, kita menyatukan perbedaan demi satu tujuan yang jelas, yaitu menuju Indonesia yang lebih baik dari hari ini. jika menjadi satu, kita menyeragamkan tak peduli agama atau suku apapun menjadi satu identitas mayoritas. dengan artian, minoritas tidak akan pernah dianggap. dan itu sudah sangat berseberangan dengan prinsip kebangsaan versi Soekarno.
Menyikapi beberapa kasus 5 tahun belakang ini, ku rasa bangsa Indonesia agak berkurang ya rasa toleransinya terhadap perbedaan. Khususnya agama dan ras. contoh kasus sweaping yang dilakukan beberapa ormas di beberapa tempat saat natal. katanya, agar tidak ada umat Islam yang merayakan natal. lah, ini maksudnya apa coba? secara tidak langsung ormas tersebut sudah mengintimindasi umat Kristiani. mereka merasa tidak nyaman dengan tindakan seperti itu. biasa saja kenapa?
kasus lain terjadi saat pemilu DKI 2017, ya meskipun harus diakui kasus ini berbau-bau politik ya. tapi, kita bahas saja. beberapa kali aku membaca “asalkan gubernurnya seiman” . kata-kata yang tak sepantasnya keluar di negara majemuk seperti Indonesia ini. kita harus akui, memang Islam adalah mayoritas di Indonesia, namun, mengkesampingkan itu, sosok pemimpin bukan hanya harus berkriteria Islam saja, namun juga harus mampu menjalankan pemerintahan. lagi-lagi istilah kebangsaan Soekarno dilanggar oleh penerusnya.
seharusnya kita sebagai bangsa yang super majemuk bisa menghargai satu sama lain terhadap perbedaan saudara sebangsa kita. toleransi akan memperkuat bangsa Indonesia baik secara SDM maupun ekonomi. dengan saling menghargai, tak ada keraguan untuk saling kerja sama. sebagai contoh negara Malaysia dan Singapura yang mana banyak keturunan cina di sana. mereka saling menghormati satu sama lain. dan hasilnya, perekonomian mereka baik dan lebih baik dari Indonesia.
Indonesia adalah negara kuat, DNA kita adalah petarung sejati. Namun, jangan bertarung dengan saudara sebangsa. Mari kita bengun kembali rasa toleransi terhadap saudara-saudara sebangsa dan setanah air kita demi Indonesia yang lebih maju. di hari lahirnya pancasila ini semoga benih-benih toleransi mulai tumbuh di hati kita dan tumbuh subur bagaikan hutan hujan tropis.