Kumpulan Puisi Untukmu by Siti Khotimatun Hasanah

Kumpulan Puisi Untukmu

Tamu Malam Ini

Semalam, ada yang bertamu padaku

Saat aku sedang gusar-gusarnya

Ia menamakan diri sebagai sepi

Namun, ia hanya singgah

Kemudian pergi

Sebelum ia beranjak, ia berbisik:

Bintang-bintang itu bertaburan di langit,

Namun cahayanya berpendar di kedua matamu.”

Aku yang dibisik

Namun, bulan malam ketiga belas yang tersipu

Menyebabkan seluruh penghuni langit tahu

Bahwa aku sedang memikirkan kamu

Kemudian semesta bernyanyi

Riuh mendendangkan namamu

Sementara aku,

Sibuk menggubah syair ini

Yang setiap aksaranya kupetik dari namamu

Rimanya bernapas menggunakan senyummu

Dan setiap baitnya berasal dari suaramu

Nanti,

Saat sepi bertandang lagi

Akan kutitipkan puisi ini untukmu

Barangkali suatu saat nanti

Si sepi bertandang juga ke rumahmu*

Terjaga untuk Sebuah Nama

Kembali pada rasa yang tak mampu kupahami sendiri

Yang seringkali menggoda

Menggoda semua ingatan yang tersusun rapi di kepalaku

Tentang aksamu yang teduh nan dahayu

Yang acapkali menatapku dengan sorot mata yang tenang, dalam, dan menenggelamkan

Membuat seluruh yang ada di dalam hatiku

Menjadi gaduh tak karuan

Bibirku melengkung usai mengenangmu

Sementara pandanganku terlempar kepada semesta

Menyaksikan mentari yang terdayuh

Sebab, sekumpulan hitam perlahan menguasai nabastala

Kilat dan gemuruh mulai saling berkejaran

Bergandengan tangan menghiasi cakrawala

Sesekali kilat menunjukkan tariannya

Lalu gemuruh menyambutnya dengan tawa dan harsa

Duaaarrr!

Getarannya merambat hingga ke ruang kalbuku

Membangunkan rindu yang semalam lelap di dadaku

Kini ia pun terjaga

Dengan segala cemas yang masih menyelimutinya

Rinduku mencoba menatap luas kea lam semesta

Ia mendapati riuh rerintikan hujan yang jatuh bersusulan

Mendarat pada dedaunan yang pohonnya meliuk-liuk diterpa anila

Desirannya menyapu lembut wajahku

Dan perlahan memeluk tubuhku

Sementara si rindu,

Diam-diam mendesis namamu*

Aku Pulang, Ibu

Ibumu,

Ibumu,

Ibumu,

Kemudian ayahmu

Demikian Khotamul Anbiya bersabda

Dalam ruang yang remang

Pada kedua kaki yang renta

Di mana sebuah Surga bertumpu di sana

Aku bersimpuh bersimbah air mata

Sendu nan pilu mengaku,

atas kurangnya perhatian dan kebaktianku padamu

Atas nama membahagiakanmu

Ribuan tetes air mata, jarak, dan rindu yang acapkali menyesak di dada,

Menjadi taruhannya

Aku pulang, Ibu ….

Memikul segala apa yang tak mampu kutanggung sendiri

Di hadapanmu, Ibu

Segala beban itu luruh

Digantikan oleh riuh rindu yang bergemuruh

Dibasahi oleh derasnya rinai air mata

Kutatap wajahmu yang menua

Kudapati semburat cahaya pada mata yang malu-malu bersembunyi di kelopaknya

Kucium keningmu, Ibu

Lalu aku membisik, “Maafkan gadismu ini, Ibu. Yang pergi dengan garang, pulang membawa pilu.”*

Rindu Yang Bertuan

Kau tahu, apa yang lebih hangat

Dari secangkir kopi dan sinar mentari di pagi hari?

Ialah Rindu yang semalam menginap di dadaku

Setiap waktu,

Setiap mendengar sebuah lagu

Yang mengingatkan aku tentangmu

Rindu datang, tanpa diundang

Anehnya, aku menjamunya dengan suka cita

Dengan secangkir kopi yang paling aku sukai

Dalam hangatnya

Kubenamkan rindu dalam-dalam,

hingga ke dasar ampasnya

Jika rindu itu benar engkau yang mengutusnya

Aku ingin suatu hari nanti

Rindu datang bersama dirimu

Dalam satu ikatan yang suci

Di bawah ridho sang Ilahi

Agar akhirnya aku merasakan

Bagaimana rasanya

Rindu yang bertuan*

Nestapa Malam Ini

Malam ini

Aku berada di tempat di mana kau dan aku

pernah berlama duduk berdua

Tempat di mana rindu itu bermula

Sejak saat itu

Rindu terus berkembangbiak di dalam dadaku

Kadangkala ia tersenyum gembira

Namun,

Kadangkala ia penuh air mata

Entah mengapa,

Tiba-tiba hasratku membawa ragaku ke tempat ini

Aku baru menyadari ketika setiap sudutnya kupandang

Mengingatkanku segala tentang dirimu

Aku tak kuasa menahan air mata

Sekuat tenaga aku memalingkan dari bayang-bayangmu

Namun,

Sekuat itu pula bayanganmu semakin jelas di pelupuk mataku

Samar-samar di kepalaku terlintas sosok wanita pilihanmu

Melingkarkan kedua tangannya di tubuhmu

Lalu kau menatapnya dengan cinta sepenuh kalbu

Sementara aku

Sendu menahan pilu*

1 komentar untuk “Kumpulan Puisi Untukmu by Siti Khotimatun Hasanah”

Tinggalkan Komentar