Hai gan, gimana kabarnya? Semoga sehat selalu ya. Khususnya para pembaca setia detak pustaka hehe. Kesempatan ini saya akan bagikan sedikit pengalaman yang cukup berharga dan mungkin memang seharusnya saya bagikan. Beberapa saat lalu saya juga membuat artikel bagaimana mengatasi salah jurusan. Namun untuk artikel ini sedikit berbeda, artikel ini murni pengalaman saya.
Saya yakin banyak orang yang berfikiran seperti saya di artikel ini. Yang akan saya bahas adalah pertanyaan konyol mahasiswa, khususnya mahasiswa baru menanggapi jurusan. Pernah gak sih kamu berfikir salah jurusan di awal masuk perkuliahan? Khususnya kamu yang mahasiswa nih. Pasti pernah. Saya yakin itu, menurut data baru-baru ini, jumlah mahasiswa salah jurusan di Indonesia sebesar 87%, gimana gak gawat tuh?
Saya akan ceritakan sepenggal pengalaman saya yang notabene adalah mahasiswa yang pernah salah jurusan dan memutuskan untuk keluar. Apa yang saya terima? Menyesal? Oh nggak. Dengan memutuskan keluar saya berhasil mendapatkan jurusan yang menurut saya cocok. Meskipun kalau difikir-fikir masih jauh dari harapan saat saya memutuskan untuk keluar dari jurusan pertama yang saya anggap salah.
Salah jurusan kuliah:
Tahun 2017, saya masuk salah satu perguruan tinggi negeri di Surabaya, jurusan yang saya ambil adalah pendidikan sejarah. Jauh memang jika melihat background pendidikan SMA saya yang basicnya anak IPA. Waktu itu, jurusan yang saya impikan adalah komputer.
Segala tentang komputer gitulah. Alasan saya memilih sejarah juga cukup konyol sebenarnya, yaitu sebagai pelarian saya terhadap semua mata pelajaran IPA. Ya memang saya sangat-sangat sakit hati saat mengetahui SNMPTN saya tidak lolos di UB teknik informatika. Mungkin karena itu saya tega menjadikan sejarah sebagai pelarian. Jahat memang saya.
Sebenarnya saya bangga waktu masuk pendidikan sejarah, hal pertama yang saya fikirkan adalah pengen jadi dosen. Dan hal itu bertolak belakang dengan cita-cita saya yang ingin jadi seorang penulis. Belum sampai satu semester, saya memutuskan untuk keluar dari pendidikan sejarah dan ingin kuliah di kota asal saya, kota asal saya Jombang. Disana rencananya saya akan mengambil jurusan pertama tadi, yaitu semua hal tentang komputer. Namun apa disangka, biaya yang terlampau mahal membuat saya urungkan. Akhirnya sisa tahun itu saya habiskan dirumah, salah satunya membuat blog ini hehe.
Kini tiba saatnya pelaksanaan SBMPTN 2018, lagi-lagi saya mengambil jurusan IPS alasannya sama, saya masih sakit hati. Alhamdulillah setelah pengumuman saya diterima di universitas negeri di Madura, mungkin kamu tahu, soalnya universitas negeri di Madura hanya satu hehe. Jurusan yang saya ambil adalah ekonomi pembangunan, meskipun jauh dari basic saya yang nitabene adalah anak IPA, tapi saya mencoba mencintai jurusan ini. Memang sejak awal memilih jurusan, ilmu ekonomi adalah jurusan yang saya incar. Karena selain jadi penulis, cita-cita saya adalah ingin menjadi pengusaha. Dan di ilmu ekonomilah saya bisa mempelajari bagaimana menjadi seorang pengusaha, begitu fikirku dulu.
Pertama kali masuk saya gak tahu bagaimana saya menyalurkan hobby saya yang suka menulis di jurusan ini, kalau boleh jujur pilihan pertama saya tahun ini adalah sastra Indonesia. Nah saya bingung nih bagaimana saya harus menyalurkan hobby. Akhirnya setelah kenal beberapa anak di universitas itu, saya mendapati sebuah lomba menulis. Waktu itu menulis essay khusus maba. Dengan membayar 10 ribu akhirnya saya mengikuti, saya bersyukur ada saja yang menampung hobby saya ini.
Entah apa yang merubah mindset saya yang awalnya adalah penulis bebas berbahasa lentur harus bisa bahasa kaku tapi terstruktur dengan rapi. Nah waktu itulah pertama kali saya belajar membuat essay ilmiah dan KTI, saya mulai belajar bagaimana mencari data yang benar. Beruntungnya, entah ini kebetulan atau memang sudah di rencanakan Tuhan, semua yang saya tulis selalu terkait dengan bidang yang saya pelajari, yaitu ekonomi.
Dari sini sebenarnya saya sadar, jikalau pun dulu saya tidak pindah dari universitas negeri di Surabaya, mungkin jalanku juga tetap sama. Pada dasarnya salah jurusan atau tidak hanya karena perbedaan kemauan dan hobby saja. Tapi jika kita mau melihat lebih jauh, sebenarnya hobby dan bidang yang kita tekuni nantinya akan saling berkaitan.
Dan andaikan di masa depan saya tidak bekerja dibidang yang bukan bidang yang saya tekuni, maka saya juga harus bisa menyesuaikan dan mengkombinasikan dengan bidang basic saya. Pada dasarnya apapun bidang kita, pasti akan berguna untuk bidang lain.
kesimpulan:
Saya tidak menyesali perbuatan saya dahulu, tapi sebagai pembelajaran teman-teman saja, cobalah terima jurusan yang sudah ditakdirkan untukmu. Belum tentu kamu seberuntung saya yang dapat lolos Seleksi 2 kali beruntun. Cobalah menerima namun tetap berusaha mencintai, tapi jangan pernah tinggalkan hal yang kamu sukai. Karena itu akan menjadi bekalmu untuk mengkombinasikan dan membuatmu lebih ahli dan mengetahui akan hal yang kamu sukai.
Semoga sepenggal ceritaku tentang salah jurusan ini dapat menginspirasi kamu, khusunya yang bimbang, antara hobby dan jurusan kuliah berbeda. Tenang saja, Tuhan tahu apa yang harus dilakukan untuk hambanya. Yang terpenting kita berusaha dan melakukan terbaik untuk apa yang kita suka dan apa yang sudah ditakdirkan untuk kita.