10 Kesalahan Penulisan Ejaan yang Sering Terjadi

11 Kesalahan Penulisan Ejaan yang Sering Terjadi

Ketika membaca sebuah karya tulis, seringkali masih terdapat kesalahan penulisan ejaan yang bisa kita jumpai. Beberapa di antaranya kesalahan dalam penggunaan huruf kapital, huruf miring, penulisan gabungan kata dan masih banyak lagi lainnya.

Padahal, menulis sesuai kaidah ejaan bahasa Indonesia akan membuat tulisan menjadi lebih rapi, jelas dan mudah dipahami oleh pembaca. Selain itu, menulis sesuai kaidah ejaan yang berlaku juga menunjukkan kepahaman penulisnya mengenai penggunaan ejaan yang tepat.

10 Kesalahan Penulisan Ejaan yang Sering Terjadi

Nah, pada artikel kali ini akan kami bahas mengenai sepuluh kesalahan penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang kerap terjadi dan seringkali diabaikan. Berikut penjelasannya:

1. Kesalahan Penggunaan Huruf Miring

Kesalahan yang umum dalam penulisan ejaan adalah penggunaan huruf miring. Penggunaan huruf miring yang tepat adalah untuk hal-hal berikut:

  • Menuliskan judul buku, nama surat kabar atau majalah yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
  • Menegaskan atau mengkhususkan bagian kata, huruf, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
  • Menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa asing, bahasa daerah dan nama ilmiah.

2. Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital

Kesalahan penggunaan huruf kapital juga masih kerap terjadi. Terkadang bukan karena tidak teliti, melainkan karena ketidaktahuan terhadap pedoman penulisan ejaan yang berlaku. Berikut penggunaan huruf kapital yang sesuai kaidah:

  • Dipakai sebagai huruf pertama pada setiap awal kalimat
  • Dipakai sebagai huruf pertama nama orang, termasuk nama julukan
  • Dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung
  • Dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan
  • Dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keagamaan, keturunan dan gelar akademik yang mengikuti maupun diikuti nama orang
  • Dipakai sebagai huruf pertama pada nama jabatan atau kepangkatan yang dimaksudkan sebagai sapaan
  • Dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, atau digunakan untuk pengganti nama orang, instansi, maupun tempat tertentu
  • Dipakai untuk menuliskan peristiwa sejarah, nama hari, bulan dan hari-hari besar, hingga nama geografi (tempat)
  • Dipakai sebagai huruf pertama untuk menulis nama bangsa, suku, bahasa, negara, lembaga, badan, organisasi, hingga dokumen
  • Dipakai sebagai huruf pertama pada setiap kata dalam judul buku, karangan, artikel, makalah, surat kabar dan lainnya. Kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak di awal kalimat
  • Dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan pangkat, gelar, atau sarjana
  • Dipakai untuk kata sapaan atau kata yang menunjukkan hubungan kekerabatan

3. Kesalahan Penulisan Kata Ulang

Kesalahan penggunaan ejaan berikutnya adalah pada penulisan kata ulang yang ditulis tanpa tanda penghubung. Padahal, penulisan yang benar adalah disertai tanda hubung (-). Contohnya, jenis-jenis, macam-macam dan lain-lain.

4. Penulisan Kata Dasar yang Mendapatkan Imbuhan

Kesalahan penulisan ejaan juga seringkali terjadi pada kata dasar yang mendapatkan imbuhan atau kata turunan. Berikut ini penjelasannya:

  • Jika kata dasar mendapatkan imbuhan di awalan, sisipan maupun akhiran, maka kata turunannya ditulis serangkai. Contohnya, berjalan, gemetar dan mempersiapkan.
  • Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, maka penulisannya dengan cara dirangkai. Namun, dengan catatan ada kata yang mendahului atau mengikutinya.
  • Jika kata dasarnya bergabung dengan awalan maupun akhiran, maka ditulis serangkai dengan imbuhannya. Contoh, pertanggungjawaban dan menggarisbawahi.

5. Penulisan Gabungan Kata

Gabungan kata yang memiliki awalan dan akhiran, ditulis serangkai. Sementara itu, gabungan kata yang tidak memiliki imbuhan awalan maupun akhiran ditulis terpisah. Namun, gabungan kata tanpa imbuhan yang dianggap sudah padu tetap ditulis serangkai. Contohnya:

  • Menggaris bawahi, yang benar menggarisbawahi
  • Terimakasih, yang benar terima kasih
  • Kerja sama, yang benar kerjasama
  • Matahari (sudah padu)
  • Olahraga (sudah padu)

Selain itu, gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahpahaman ditulis dengan menyertakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya. Berikut contohnya:

  • Kakak-adik saya (kakak dan adik saya)
  • Ibu-bapak kami (ibu dan bapak kami)

6. Penulisan Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya

Kesalahan penulisan ejaan juga seringkali terjadi pada penulisan kata ganti. Penulisan kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Sementara itu, kata ganti -ku, -mu dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contohnya, padaku, milikmu, kepadanya, kusayangi dan kaubaca.

7. Penulisan kata depan di, ke, dan dari

Penulisan kata depan di, ke dan dari yang benar adalah ditulis terpisah dari kata mengikutinya, jika kata yang mengikutinya tersebut menunjukkan waktu dan tempat.  Namun, jika kata yang mengikutinya menunjukkan kata kerja, maka penulisannya digabung. Contohnya yaitu ditulis, dimasak, di rumah, di sore hari.

8. Penulisan Kata Si dan Sang

Kata si dan sang biasanya banyak ditemukan pada karya fiksi. Penulisan kata si dan sang juga seringkali masih terjadi kesalahan. Supaya benar, penulisannya adalah dengan cara dipisah dengan kata yang mengikutinya.

9. Penulisan Singkatan dan Akronim

Kemudian, kesalahan penggunaan ejaan juga sering terjadi pada penulisan singkatan dan akronim. Berikut ini penulisan singkatan dan akronim yang benar:

1. Singkatan nama gelar, sapaan, pangkat, jabatan dan nama orang

Jika demikian, penulisannya diikuti dengan tanda titik di setiap unsur singkatannya. Contoh, W.R. Supratman (Wage Rudolf Supratman), S.K.M (Sarjana Kesehatan Masyarakat), Sdr. (saudara) dan lain-lain.

2. Singkatan dan akronim untuk nama lembaga ketatanegaraan, pemerintah, organisasi dan dokumen resmi tertentu

Untuk kategori ini, penulisan singkatannya tanpa disertai tanda titik. Contoh: Majelis Permusyawaratan Rakyat menjadi MPR, Undang-Undang Dasar menjadi UUD, Universitas Gajah Mada menjadi UGM dan lain-lain.

3. Singkatan yang terdiri atas dua huruf dan lazim digunakan dalam surat menyurat

Untuk singkatannya ditulis dengan diikuti tanda titik pada setiap unsurnya. Contoh, a.n. (atas nama), s.d. (sampai dengan), d.a (dengan alamat), u.b (untuk beliau) dan lain-lain.

4. Singkatan umum yang terdiri dari tiga huruf atau lebih

Untuk singkatan kategori ini, penulisannya yang benar disertai tanda titik. Contoh, hlm. (halaman), ttd. (tertanda), dsb. (dan sebagainya), ybs. (yang bersangkutan) dan lain-lain.

5. Singkatan untuk mata uang

Penulisan mata uang, satuan ukuran, lambang kimia dan timbangan ditulis tanpa perlu disertai tanda titik. Contoh, Rp (rupiah), mg (miligram), Cu (kuprum) dan sebagainya.

10. Penggunaan Partikel

Partikel terdiri dari beberapa bentuk yaitu partikel -kah, -lah, -tah, pun dan per. Penulisan partikel -kah, -lah dan -tah yang benar adalah ditulis serangkai atau menyatu dengan kata yang berada di depannya.

Sementara itu, partikel pun ditulis secara terpisah dari kata yang mendahuluinya. Namun, jika kata yang mendahuluinya itu menunjukkan kata hubung, maka penulisannya menjadi dirangkai. Contohnya, adapun, bagaimanapun, kalaupun, kendatipun dan lain-lain.

Kemudian, untuk partikel per yang mengandung makna demi, tiap dan mulai, ditulis terpisah dari kata yang berada di depan maupun di belakangnya.

Demikianlah sepuluh kesalahan penulisan ejaan bahasa Indonesia yang masih sering kita jumpai. Dengan membaca artikel ini, semoga semakin meningkatkan pemahamanmu supaya bisa menulis dengan ejaan yang tepat, ya!