Cerpen – Tentang Kita yang Telah Terlupa by Zaskia Zahwa Tsamara

Cerpen - Tentang Kita yang Telah Terlupa by Zaskia Zahwa Tsamara

Asing, setidaknya itulah kata yang tepat untuk mewakili kita. Dua orang yang sebenarnya saling mengenal, namun ingin saling melupakan. Orang-orang yang pernah menghabiskan waktu bersama, namun tak ada satu pun kenangan yang ingin disimpan.
Sudah setahun kita tak saling menyapa. Bukan karena kita tak pernah bertemu. Justru, sesungguhnya aku selalu ada di dekatmu. Selalu menjagamu. Akan tetapi, kehadiranku tak pernah kau sadari.

2 hari yang lalu misalnya. Kau pergi bersama kedua sahabatmu. Kinan dan Aurel. Kalian menghabiskan waktu bersama di sebuah kafe di dekat sekolah. Aku seharian bersamamu. Tak begitu jauh. Bahkan saking dekatnya diriku, kau sampai tak pernah menyadari itu. Tak pernah menganggapku ada. Padahal sudah jelas, aku selalu ada dalam hati dan pikiranmu.
Kemarin, kau juga pergi. Namun, kali ini kau pergi sendiri. Membawa seikat bunga menuju pemakaman umum di ujung kota. Menjengukku.

Cerpen – Tentang Kita yang Telah Terlupa by Zaskia Zahwa Tsamara

Waktu seakan begitu cepat berlalu. Gadis yang kerap kupanggil Zee dengan gampangnya menyeselaikan kisah kami dengan kata ‘tamat’. Bukankah aku tak pernah meminta itu?

“Apa kurang jelas?!” Kau tiba-tiba saja membentakku di depan banyak orang.

Aku menatapmu. Mencoba mencerna perkataanmu barusan. Aku yang baru saja terbangun dari tidur siang harus menerima kenyataan pahit bahwa kisah ‘kita’ kandas begitu saja. Hanya karena sosok dari masa lalu yang ingin merebutku kembali.

“Aku ninggalin Alea karena pasti ada alasannya,” kataku dengan nada yang sedikit merendah.

“Apa alasannya? Aku? Jangan pernah jadikan aku sebagai alasan atas kamu ninggalin dia.”

Semenjak perdebatan itulah kita menjadi orang yang asing. Engkau selalu saja mencoba menghindar, dan aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan. Melihat engkau menangisi setiap detik yang pernah kita lalui.

“Gak usah gangguin gue lagi!” Sudah sekian kali aku mengucapkan kalimat itu pada Alea, namun tetap saja ia membangkang. Bahkan bukan hanya aku yang ia ganggu, namun juga dirimu.

“Kenapa sih kamu ninggali aku?” tanya Alea. “Apa karena dia?”

Ia menyodorkan layar ponselnya. Memperlihatkan wajah yang tak asing lagi bagiku. Itu wajahmu.

Tinggalkan Komentar