“Wira, kamu gak ada informasi tim voli classmeet yang lagi nyari anggota gitu?” Tanya ku kepada Wira yang sibuk dengan dunia handphone nya.
“Gatau, kamu kan bisa nyari sendiri” Wira bahkan menjawab tanpa memalingkan wajahnya dari handphone nya. Aku hanya mengelus dada mendengar jawabannya.
Cerpen – Teguran untuk Sikapmu by Kayla Bilqis
“Tolonglah Wi, kamu kan panitia acara voli classmeet besok” pinta ku dengan nada sedikit melas. Wira hanya mengangguk dan menjawab “OK”.
Setiap selesai ujian semester, OSIS di sekolah selalu mengadakan acara classmeet. Biasanya para murid menggunakan moment ini untuk mencari teman baru. Kebetulan acara classmeet semester ini membuat pertandingan olahraga yang berkelompok. Seperti voli, futsal, basket dan semacamnya.
Wira, teman sekelasku sekaligus anggota OSIS yang menjadi panitia pertandingan voli harusnya bertanggung jawab untuk membantu anak-anak yang akan mengikuti pertandingan voli. Ah sudahlah aku kesal dengannya. Dia tidak pernah meresponku jauh sebelum saat ini.
Saat pulang sekolah, aku berbincang dengan Bu Leni, guru IPS ku di depan taman ruang guru. Aku sedikit berbincang membahas tugas-tugas yang belum diselesaikan. Saat aku hendak pamit ke Bu Leni, Elena menghampiriku.
“Kia, kamu serius gak ikut voli? Kamu jago banget loh di voli” tanya Elena dengan nafas sedikit terengah-engah. Aku hanya kebingungan dengan kedatangannya.
“Iniloh pendaftaran tim voli ditutup karena sudah memenuhi kuota 12 tim” teriak Elena yang membuatku terkejut.
“APA MAKSUDMU? SUDAH DITUTUP?!” Aku terkejut dan membantu Elena berdiri tegak.
“Iya Ki, ini baru aja ada rapat sama pembagian jadwal tanding” Elena mengusap keringatnya dan memberikanku sebuah kertas yang berisi pembagian lawan.
Aku mendesis kesal dan marah. Wira benar-benar tidak meresponku. Bahkan tidak membantuku. Panitia macam apa itu. Aku mengembalikan kertas jadwal ke Elena.
“Jangan terlalu mengandalkan Wira, Ki. Dia agak kurang bener belakangan ini. Aku juga bingung kenapa dia bisa jadi OSIS” Elena menepuk kecil punggungku untuk membuatku tenang walau sesaat. Aku hanya pasrah lalu pulang meninggalkan Elena.