Cerpen – Tak Sampai Tujuan by Nabila Rahmadia

Cerpen - Tak Sampai Tujuan by Nabila Rahmadia

Entah apa yang sedang dicari oleh lautan manusia di pukul sembilan pagi. Bau asap knalpot, bising kendaraan, bahkan kepulan asap rokok berkumpul jadi satu. Di sebuah stasiun yang menghubungkan antar kota, ratusan manusia berkumpul untuk segera pergi ke tempat tujuannya. Lewat stasiun pula, banyak ekspresi dan kisah yang bisa dilihat oleh mata kepala sendiri. Tentang perpisahan, persahabatan, keantusiasan, dan kelelahan.

Cerpen – Tak Sampai Tujuan by Nabila Rahmadia

Kali ini seorang lelaki datang dengan sangat antusias. Sama sekali tidak memedulikan suara bising di sekitarnya. Lelaki itu bernama Zain. Usia pertengahan duapuluh. Akan pergi menemui pacarnya yang tinggal di kota sebelah.

Mengapa tidak mengendarai kendaraan pribadi? Padahal cuma ke kota sebelah. Alasannya karena Zain sangat suka memerhatikan orang-orang yang ada di stasiun. Bukan hanya penumpang kereta, tetapi juga para petugas.

Zain selesai membeli minuman saat segerombolan remaja laki-laki masuk stasiun dengan riang gembira. Sebagian besar dari mereka membawa tas punggung besar. Sepertinya akan berlibur ke suatu tempat. Kebetulan saat itu sedang musim liburan sekolah. Dan anak remaja suka sekali hal-hal baru, seperti liburan ke luar kota tanpa orang tua.

Dulu, saat SMA dan kuliah, Zain suka meminta izin untuk liburan jauh dengan teman-temannya. Namun, dulu Zain merasa lebih tertantang pergi jauh menggunakan sepeda motor. Ingin terlihat keren katanya.

Sampai sebuah peristiwa tidak mengenakkan terjadi saat Zain tahun kedua kuliah. Ia kecelakaan saat touring dan dirawat satu minggu di rumah sakit. Zain bisa bilang bahwa kecelakaan itu adalah mimpi terburuknya.

Zain menengok jam tangannya. Ternyata sudah pukul sembilan lewat lima belas. Sebentar lagi keretanya akan datang. Karena bosan, Zain memainkan ponselnya. Sebenarnya ia membaca ulang percakapannya dengan sang pacar. Zain memang belum memberitahu pacarnya. Sebuah kejutan setelah tujuh bulan tidak bertemu.

Sebuah telepon masuk sempat membuat Zain terkejut. Oh, ternyata dari ibunya. Zain baru sadar kalau ia belum mengabari ibunya kalau ia sudah sampai di stasiun.

“Halo, Zain,” kata ibunya di seberang telepon.

“Iya, Bu. Maaf lupa ngasih kabar. Zain sudah di stasiun.” Zain mendengar suara yang cukup berisik di sekeliling ibunya. Padahal tadi saat ia berangkat, ibunya sedang duduk di depan televisi sambil menggosok pakaian.

“Syukurlah, Zain,” respons sang ibu. “Ini ibu lagi di rumah Bu Salma. Nanti jam sebelas ‘kan ada arisan.” Zain dan ibunya lanjut bercakap-cakap sebentar, yang bercampur dengan suara stasiun dan suara tetangga.

Telepon ditutup bertepatan dengan kereta datang. Namun, itu bukan kereta yang akan dinaiki Zain. Masih beberapa menit lagi untuk jadwal kereta Zain. Dan, ada satu hal yang biasa terjadi di stasiun, yaitu perpisahan.

Tepat di depan Zain ada seorang gadis yang dikelilingi orang tua dan teman-temannya. Zain seperti flashback ke satu tahun lalu, saat pacarnya memutuskan kerja di kota sebelah. Hubungan jarak jauh merupakan hal baru untuk Zain. Makanya ia mencoba agar hubungannya berhasil.

Tak berapa lama kemudian, kereta yang dinaiki gadis tadi berangkat. Setelah ini akan datang kereta yang akan dinaiki oleh Zain. Jantungnya berdebar sangat kencang. Campuran antara perasaan gugup dan senang.

Akhirnya kereta yang ditunggu tiba. Dengan suara khasnya, kereta pun berhenti. Saat itulah tiba-tiba ada sebuah panggilan masuk ke ponsel Zain. Ternyata itu pacarnya.

“Halo, Zain,” kata suara lembut yang biasa Zain dengar.

“Halo. Aku….” Tiba-tiba ucapan Zain dipotong. “Zain, maaf tiba-tiba harus bilang ini.” Suara itu berhenti sejenak.

“Kita putus, ya, Zain. Maaf”. Sambungan pun diputus. Dan Zain tidak sampai ke tujuannya.

Penulis: Nabila Rahmadia

Tinggalkan Komentar