Cerpen – Tak Mesti Selalu Ada by Zaskia Zahwa Tsamara

Cerpen - Tak Mesti Selalu Ada by Zaskia Zahwa Tsamara

Waktu terasa begitu cepat. Setidaknya itu menurut teman-temanku. Dengan gaun ungu yang telah siap dari bulan lalu, mereka begitu mendambakan hari untuk segera berganti.

Aku hanya menatap kosong gedung-gedung tinggi yang mengarah ke pantai. Angin laut sore ini begitu bersahabat, tapi tidak dengan jiwa yang memeluk tubuhku. Ia tak sedang tenang, begitu gelisah. Menanti seseorang yang telah lama berjanji akan datang. Namun, di mana dia?

Cerpen – Tak Mesti Selalu Ada by Zaskia Zahwa Tsamara

Satu dua mobil mendekati loby yang mulai ramai. Dengan seikat bunga, mereka disambut oleh tawa dan bahagia. Ada pula yang membawa kotak berisi hadiah, untuk anak mereka katanya.

Aku hanya termenung bisu. Menghitung dentingan waktu yang tak kunjung melaju. Apa benar ia kan datang?

Untuk kesekian kalinya ia menjanjikanku akan temu. Saat hari perpisahan TK-ku contohnya. Aku yang terpilih menyanyi di atas panggung hari itu hanya dapat menahan pahit karena tak ada ia di antara para penonton. Tak ada satu pun soraknya, padahal ia bilang ia akan menjadi sorak yang paling bangga.

Atau saat menginjak kelas 5 SD. Aku saat itu berhasil menjadi juara olempiade IPA dengan bangga memberi tahukannya. Namun, saat namanya dipanggil meriah di acara, tak juga muncul raganya.

Juga saat hari kelulusan satu tahun setelahnya. Aku naik ke panggung sendirian tatkala berhasil menjadi lulusan dengan nilai terbaik. Namun, apakah ia ada? Tidak! Bahkan, undangan yang kuletakkan di atas meja kerjanya saja belum pasti ia buka.

Dan sekarang. Saat hari kelulusanku yang ketiga kalinya tiba. Tak juga ia menampakkan dirinya. Apa ia tak tahu? Mana ada. Ia yang merupakan kawan karib pak kepala sekolah justru menjadi orang tua pertama yang tahu tentang hari ini. Apa ia janji akan datang? Tadi malam, saat kami bertemu di ujung meja makan, ia menyatakan janji itu. Sekali lagi, ia tak menepati janjinya.

Pukul lima tepat. Satu per satu pembuka dibacakan. Orang-orang penting bahkan perjabat pun datang. Barsaut-saut bangga atas prestasiku yang disebutkan. Namun, tetap saja ia tak ada.

Saat senja perlahan surut serta binar mata menyatu dengan siluet jingga. Aku naik untuk kesekian kalinya. Menyeka hati yang perlahan meringis. Terdiam kaku dengan tawa yang palsu.

Meski kuyakin dirinya tak mungkin ada, tetap saja netra ini mencari keberadaannya. Mencarinya keujung kolam, mengelilingi ruangan, di antara pada undangan. Nihil. Harapan itu pupus, tak satu pun mendapat balasan.

Malam pun datang bersama hampa yang ia bawa. Sepi aku melangkah dengan sepatu kaca yang tak lagi aku kenakan. Pikirku kembali tenggelam. Mencari bintang di dasar laut yang dalam. Mencari kepastian. Bahkan, saat raga ini semakin tenggelam, tak kunjung kumendapatkan jawaban.

Tanpa kusadar, sepasang cahaya melaju menghampiriku. Tanpa sempat menghindar, bentur menyapa kepalaku terlebih dahulu. Hingga penyesalan itu hilang bersama nyawa yang melayang.

1 komentar untuk “Cerpen – Tak Mesti Selalu Ada by Zaskia Zahwa Tsamara”

Tinggalkan Komentar