Cerpen – Susah Move On by Ni Made Yuliantari

Cerpen - Susah Move On by Ni Made Yuliantari

Suara riuh penghuni kantin tak membuat Anira sadar dari khayalannya. Sosok laki-laki yang berdiri tak jauh darinya adalah sosok laki-laki yang ia sukai sejak duduk di bangku SMP. Hingga sekarang saat ia baru saja memasuki jenjang SMA, ia masih saja menaruh perasaan pada laki-laki itu.

Yang ada di pikiran Anira saat ini adalah, mengkhayal ketika ia menjadi pacar Relgo—orang yang ia sukai—ia hanya bisa mengkhayal. Sampai saat ini, Anira tak pernah berbicara dengan laki-laki itu. Lalu bagaimana bisa ia mencintai Relgo?

Hanya karena tatapan matanya, Anira jatuh cinta kepada Relgo. Tatapan mata yang sangat berbeda. Seperti ada makna dalam tatapan mata itu. Anira pikir, ia akan dengan mudah melupakan laki-laki yang tak pernah diajaknya bicara. Ternyata dugaannya salah. Susahnya ia melupakan laki-laki itu adalah beberapa kenangan yang pernah ia lalui semasa SMP.

Cerpen – Susah Move On by Ni Made Yuliantari

Sebuah tepukan pelan di bahu Anira berhasil mengagetkan gadis itu. Seorang perempuan bertubuh sedikit berisi itu duduk di samping Anira. Jangan lupakan dikedua tangannya telah memegang dua es jeruk. Segera ia menyerahkan salah satu es jeruk itu kepada Anira.

“An, An, udah berapa kali gue bilang, move on!” Dena—sahabatnya dari SMP tidak pernah lelah mengatakan hal itu kepada Dena.

“Rambut gue udah panjang gini, masih aja lo betah disatu hati.” Dena memperlihatkan rambutnya yang diikat. Rambut gadis itu memang sangat panjang. Sekitar 7 senti di bawah pinggang.

“Berisik lo, Den.” Anira meminum es jeruk yang diberikan oleh Dena, lalu secepatnya ia beranjak dari tempat itu.

Dena berdecak melihat kepergian Anira. Sahabatnya yang gagal move on tetapi ia yang repot menasehati. Sudah jelas-jelas tidak ada perkembangan dalam kisah cinta mereka. Jatuh cinta tanpa komunikasi. Sangat lucu jika diingat-ingat. Belum lagi, Anira mencintai orang dari kelas lain.

Kisah cinta mereka hanya seputar itu saja. Anira yang selalu menatap dalam diam. Sedangkan Relgo yang selalu menatap Anira. Jadilah mereka saling tatap tanpa berbicara. Pernah suatu ketika, Anira mendapat nomor Relgo dari temannya. Langsung saja Anira mengirim pesan ke Relgo. Hanya satu kata. Ia hanya mengetik huruf ‘P’ lalu ia kirim ke nomor Relgo.

Merasa tak ada jawaban, Anira pun mengirim pesan lagi, ia mengatakan itu hanyalah salah kirim.

Sangat konyol bukan? Beberapa harinya, tiba-tiba saja ia mendapat pesan dari Relgo. Sebuah pesan yang hanya mengirim nomor kontak seseorang. Untuk berbasa-basi, Anira bertanya siapa pemilik nomor itu, namun Relgo hanya menjawab pertanyaan Anira dengan satu huruf. Hanya huruf ‘Y’. Mulai saat itulah, Anira ingin sekali melupakan Relgo. Namun, sampai sekarang, itu masih sangat susah untuk ia lakukan.

Tinggalkan Komentar