Najda berdiri dengan kaki gemetar. Dia berkali-kali menarik napas dan mengembuskannya kembali. Raut wajah itu dipenuhi oleh berbagai ketakutan. Jantungnya berdebar begitu kencang. Gadis itu bak dikejar oleh makhluk tidak kasat mata yang tengah memburunya.
“Aduh bentar lagi giliran aku, gimana ini?” cemasnya.
Cerpen – Semua Baik-Baik Saja by Iis Sumiati
Najda terus memainkan jari-jari tangannya. Tubuh itu mulai dingin seperti es yang berada di kutub utara. Keringat dingin berjatuhan dari sekujur tubuhnya. Dia terus menatap panggung pertunjukan dengan tatapan penuh kekhawatiran.
“Untuk peserta selanjutnya, dipersilakan kepada Ananda Najda untuk maju ke depan,” ucap MC.
Seketika jantung Najda berhenti berdetak. Dia masih saja mematung di tempatnya berdiri. Matanya menatap kosong penuh kehampaan. Entah apa yang kini ada di pikirannya.
“Sekali lagi kepada Ananda Najda silakan naik ke atas panggung,” panggil MC.
“Naj, sekarang giliran kamu. Ayo naik!” perintah Dinda.
“Tapi, Bu, Najda takut,” keluh Najda.
“Apa yang kamu takutkan? Semua akan baik-baik saja, percaya sama Ibu. Ini kesempatan untuk kamu membawa keharuman bagi sekolah.”
“Baiklah, Bu. Najda akan maju.”
Najda pergi meninggalkan wali kelasnya seorang diri. Dia mencoba menghilangkan berbagai ketakutan di kepalanya, tetapi tidak berhasil. Remaja itu tetap saja disergap oleh berbagai pikiran negatif yang terus menghantuinya.
Berkali-kali Najda menarik napas. Tubuhnya masih gemetar. Keringat dingin terus mengalir menghanyutkan keberaniannya. Dia menundukkan pandangan, tidak sanggup menatap orang-orang yang ada di depannya.
Tangan mungilnya tidak mampu menggapai mic yang hanya berjarak satu cm dari matanya. Dia terlalu ketakutan. Takut dengan berbagai hal-hal yang ada di pikirannya.
MC yang melihat kejadian itu sangat kebingungan. Dia pun menatap penuh tanya gadis polos yang ada di hadapannya.
“Ayo Dek, mulailah!” ucap sang MC.