Aku berjalan di koridor sekolah yang sepi dengan langkah lesu. Sesekali menengok ke arah siswa lain yang saat ini tengah bercanda ria dengan sahabatnya. Sahabat, ya? Aku tak pernah merasakan persahabatan yang tulus. Mereka mendekatiku hanya karena ingin memanfaatkanku saja. Jangan lupakan bahwa Claudia juga berbuat seperti itu.
Seorang gadis tiba-tiba merangkul pundak ku dan memandangku dengan tatapan ceria. Aku berdecih dalam hati, hari ini akan aku pastikan bahwa gadis ini tidak akan memandangku dengan tatapan seperti itu lagi. Sangat menggelikan.
Cerpen – Sebuah Pengkhianatan by Fita Arofah
“Hei, Kay. Bagaimana pensilnya? Apakah sudah kau temukan?” tanya Claudia mengubah ekspresinya dengan raut cemas.
Aku berhenti melangkah, begitu pula dengan Claudia yang menatapku dengan tatapan penuh penasaran. Aku terus diam menatap manik Claudia sampai membuat Claudia salah tingkah sendiri.
“Sudahlah …. ”
Artikel yang sesuai:
“Aku sudah tahu semuanya.” Claudia melotot lalu kembali menormalkan ekspresinya. Ia menatapku dengan senyuman.
“Kau ini bicara apa, Kay? Aku tak paham dengan apa yang kau katakan.” Aku bergidik jijik setelah mendengar kalimat menggelikan dari sahabatku. Tidak, lebih tepatnya mantan sahabatku.
Aku tersenyum smirk. “Kau ternyata pikun juga, ya? Perlu aku ingatkan lagi kalau sebelum kita berteman, kau sangat suka dengan Tara.” Claudia tersentak. Bagaimana Kay bisa tahu kalau dirinya sangat menyukai Tara?
“Aku sudah tahu semuanya, Claudia. Kau menjadikanku teman agar kau bisa dekat dengan Tara, dan kau juga sebenarnya tak suka padaku karena Tara mencintaiku, bukan kau,” kataku tepat sasaran. Dari mana aku tahu semua itu? Sebenarnya saat Tara terang-terangan berdekatan denganku, aku melihat raut suram Claudia. Dulu aku pikir itu karena jengah melihat Tara yang terus berdekatan denganku. Nyatanya, justru ia jengah karena bukan dirinya yang ada di posisi aku.