Tawa bergema di seluruh ruang gelap. Seorang wanita sedang menertawakan drama drama Tuhan yang peran utamanya adalah ia sendiri dan Tuhan seakan ikut tertawa pula dengan menjadi pecipta drama ini. Drama apa yang wanita itu mainkan? HAHA ia bukan seorang aktris tapi ia adalah peran utama.
Sore menjelang malam wanita itu berjalan menuju sebuah bangunan yang di sebut rumah tapi definisi rumah masih di pertanyakan. Ia berpapasan dengan seorang anak laki laki yang mencopet tasnya, sebagai wanita biasa ia jelas teriak “Copet! Copet! Copet! Tolong, tolong, tolong!” tapi sunyi tak ada yang acuh dengan teriak itu, mereka masih sibuk dengan dunia masing masing. Dengan keberanian wanita itu mengejar anak itu.
Cerpen – Rahasia Baik-baik Saja by Al-ma’rifati Ilahiyah
Di gang sempit ia menemukan anak laki laki tadi sedang membongkar tas nya dan bergumam “Akhirnya nenek akan makan” dengan nada rendah tapi masih bisa terdengar oleh wanita itu.“Hei Nak!” ujar wanita itu dan anak laki laki bersiap siap kabur tapi “Tunggu! Aku tidak akan memarahi mu dan uang itu kau ambil saja tapi sini duduk denganku dan bercerita”
Dengan takut anak laki laki itu mendekat dan duduk di sebelah wanita yang kira kira berusia 20-an tahun. Mereka terdiam dengan waktu lama, untuk mengakhir keheningan wanita itu membuka suara,
“Kau mencuri untuk makan nenekmu? Apa kau fikir nenekmu akan senang dengan itu? Kau fikir nenekmu akan bersyukur dengan apa yang kau buat? Aku tahu kau terpaksa melakukannya tapi kau tahu itu salah?”
“Apa yang kau tahu tentang hidup nona? Kau bisa makan, kau masih punya tempat tinggal. Iya aku tahu betul kalau ini salah aku tidak sebodoh itu nona!!”
“Aku tidak tahu betul tentang kehidupanmu, dan sebaliknya kau tidak tahu pula tentang kehidupanku,bukan? Dan aku tahu kau tidak bodoh karena Tuhan memberimu otak dengan sempurna sayangnya kau tetap bodoh! Sudah tahu salah tetap di lakukan, jangan menyalahkan keadaan maupun Tuhan. Percuma yang salah tetap kita MANUSIA”
Hening…
Dalam hati wanita itu HAHA bicara tentang kehidupan aku malah ingin cepat ini berakhir!
“Sudahlah kau kembalilah dan belilah makanan untuk nenekmu semoga beliau senantiasa sehat dalam lindungan Tuhan” anak laki laki itu pergi tanpa ucapan terimakasih dan wanita itu masih duduk dan merenung, sudah di pastikan dengan air mata yang terus mengalir tanpa tahu sebabnya.
“HAI TUHAN AKU CAPEK! AKU LELAH! AKU INGIN TIADA!” tiba tiba ia teriak dengan kencang tanpa tahu tempat “Tuhan aku ingin tiada!” kali ini suaranya lebih rendah dan terdengar perih.
Sampainya di depan rumah ia telah disambut oleh teriakan dua manusia yang sudah beda rasa.Terdengar suara barang barang jatuh “LU GAK BECUS BANGET SIH JADI ORANG!” ucap lelaki tua di balas oleh wanita yang tak kalah sengit “LU ITU LAKI YANG GAK GUNA! LU CUMA BUAT BUMI MAKIN SEMPIT AJA”.
Wanita yang berdiam di depan pintu sedang menutup mata dan menguatkan diri bahwa ia baik baik saja. Pintu terbuka dan hal itu tidak mengganggu mereka, Ia langsung ke kamarnya yang gelap dan nyaman menurutnya.
Apakah definisi rumah itu ini? HAHA ini hanya bangunan beton tanpa rasa. Ruangan yang menjadi tempat nyamannya hanya sebuah saksi kepedihan, kesedihan dan kesengsaraan.
Bantal itu menjadi saksi air mata yang tertetes setiap harinya dan cermin itu menjadi saksi di mana ia mulai memasang topeng baik baik saja, ia akan tersenyum di depan cermin itu dengan air mata yang terus mengalir dan mengatakan dalam hati “Kau kuat, Tuhan ingin kau menjadi manusia kuat. Kau baik baik saja. Semangat hidup terus berlanjut”
Tidak ada kehidupan tanpa kesedihan dan kebahagiaan, Ingat keduanya sementara dan kita juga tidak tahu kehidupan masing masing manusia. Tidak perlu membandingkan dengan yang lain atau menganggap ia lebih beruntung, Cukup selalu bersyukur di setiap keadaan. Tuhan tidak pernah tidur. Sekian.
Semangat rifaaa❤️🔥
Sukses selalu untuk karya selanjutnya
aww thank u :*