Cerpen Personal Literature Comedy Humor Terbaru – Hati-hati Dengan Kaca Kalau Lo Pakai Kaca

Cerpen Personal Literature

Mau cerita lucu? Boleh deh. Sudah beberapa bulan gue gak pernah update cerpen lucu. Khususnya kisah-kisah pribadi gue, semenjak mulai fokus nulis artikel ilmiah, gue sampai lupa diri, bahwa gue bisa suka dan hobby nulis memang karena suka menulis kisah konyol namun mengenang di hati. Bukan sekedar kisah lucu saja, namun mengandung makna di dalamnya.

Meskipun harus gue akui, semua kisah gue gak ada faedahnya sama sekali. Mungkin lo juga akan menyesal buang-buang waktu demi baca kisah gak guna gue :D, ya dari pada nganggur sih mending lo tertawain gue aja. Udah deh, kayak mau buat buku aja ada kata pengantarnya.

Gue akan menceritakan kisah yang gue alami mengenai pintu. Bukan sekedar pintu biasa namun pintu sama yang membuat gue dianggap ngelawak, koplaknya.

Kuy!

Kepuasan temen gue adalah saat melihat gue menderita, ya itu adalah fakta di depan mata gue. Saat latian balap sepeda waktu SMA, gue sempat jatuh di depan banyak teman cewek kelas gue. Bukannya kawatir atau nolongin, yang mereka lakukan adalah teriak 2 detik lalu nyanyi lagu korea setelahnya. Satu teman gue, Abi hanya melihat gue sambil membuka mulut lebar-lebar sembari berkata “hahaha”, ya dia tertawa sambil nunjuk-nunjuk gue, mungkin dalam hati dia berkata “rasain lo tolol, makanya jangan caper di depan cewek, malu kan lo sekarang. Mampus!”.

Konyol memang jika gue mengingat bagaiman Abi tertawa, seperti melihat orang abis operasi plastik, mukanya tambah tua. Asem kalo dilihat lama-lama, jijik juga sih.

Gue pernah mengalami hal memalukan dan menyaksikan bagaimana puasnya teman gue terawa lebar-lebar melihat gue menderita. Hal ini berhubungan dengan pintu. Ya pintu, tapi pintu kaca. Pintu yang membuat gue harus menjadi bahan guyonan satu kelas.

Ada 2 kejadian yang akan gue ceritakan, yang pertama adalah saat gue dan Abi akan latihan musik di daerah rumah gue. Disitu gue pernah belajar piano selama beberapa bulan. Gue kenal siapa yang punya studio musik itu, namaya mas Gilang dan istri cantiknya bernama bu Uma. Dia adalah guru piano gue, karena kecantikannya juga yang membuat gue tertarik belajar di studionya. Namun itu 2 tahun sebelum kami datang.

Saat ini kamu sudah bukan anak SMA lagi, datang ke sana dengan membawa kenangan. Selain kangen dengan piano di studio itu, gue juga kangen dengan bu Uma, sayangnya yang keluar mas Gilang aja. Ya gapapa sih, tapi kurang gimana gitu.

Saking rindunya bermain piano di studio tempat gue belajar dulu, gue sampai tak memperhatikan kalau pintu studio belum terbuka. Dengan tatapan bahagia serta semangat yang berkobar-kobar gue jalan tanpa dosa ke studio.. “JDAKK!!” suara tubuh gue menghantam pintu studio. Kaca mata gue keluar dari framenya dan sedikit mlenceng dari asalnya, kini gue seperti menjadi orang-orang sawah pakai kaca mata hitam mlenceng sebelah.

“hahahaha, goblok lo!!” kata Abi sambil tertawa terbahak-bahak. Gue hanya tersipu malu sambil membenarkan kaca mata yang hampir copot. Terus gue lihat Abi melihat gue sambil tertawa, mungkin dia kira gue lupa kalau ada kaca di depan gue, lah emng kan gue pake kaca goblok. Nah ini kaca mata kan ada kacanya.

“ayo main, gausah ketawa mulu lo!” kata gue.

“hahaha, lo lucu anjing” jawab Abi, mungkin sudah 10 menit tanpa henti dia ketawain gue.

“anjing-anjing, lo lucu banget apa goblok banget sih.. hahaha komplikasi kali ya, hahaha” lanjutnya.

“ayo cook! Gue tinggal pulang nih”

“iya-iya gitu aja ngambek lu anjing!” kata Abi menyudahi ketawanya lalu lanjut main musik dengan gue.

Selain kisah gue dengan Abi, ada satu momen dimana gue pernah diketawain orang satu ruangan. Waktu itu setelah jam kuliah akuntansi, sore hari yang agak gelap mungkin megkaburkan pandangan gue, mungkin. Atau gak emang guenya aja yang gak bisa bedain mana pintu mana cermin.

Dengan wajah riang gembira, kepolosan terpancarkan dari wajah gue yang semi ganteng ini. Turun dari anak tangga dengan salah seorang teman gue bernama Aje, nama yang aneh. Ya emang sih aneh, mukanya lebih mirip penjaga warnet dibandingkan anak kuliahan. Wajahnya datar kayak jalan baru diaspal, sama tubuhnya sangat tinggi, gue mungkin sepundaknya. Entah karena emang gue pendek gue juga kagak tau :V

“gimana tadi susah gak coy akuntansinya?” tanya Aje.

“standart aja sih, lancar aja” jawab gue.

Tepat di depan pintu, yang biasanya emang gak pernah ketutup dengan bahagianya gue jalan agak cepat menabrakkan diri ke pintu. Udah kayak sinetron, kalo di sinetron bakalan ada cinlok tuh. Sayangnya gue sama pintu. Adanya Cuma ketawaan satu ruangan.

“BRAAAKKKKK!!” bunyi pintu yang gue tabrak.

“cokk!!” ucap gue sambil tetap di depan pintu yang gue tabrak.

“hahahah goblookkk!!” kata Aje samping gue.

“tadi pintu mau gue buka anjing, ngapain lo srobot aja? Haha rasain lu” lanjutnya.

“gue kagak tau anjing” kata gue sambil membenarkan topi yang gue pakai. Tabrakan kali ini tak membuat kaca mata gue mau copot atau mlenceng dari frame, namun membuktikan kalau kaca emang gak bisa melihat kaca.

Sekian aja ya sob, semoga lo terhibur. Lain waktu gue akan bagikan bagaimana pengalaman gue. Tentunya dengan sedikit bumbu humor. Cerpen lucu ini semoga bisa membuatmu belajar, hati-hati dengan kaca kalau lo pakai kaca. Ingat sobbb!!!

Author : Mohammad Arif

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn