Tahun ini aku sudah di usia menuju dewasa yaitu 20 tahun. Di kasur yang empuk ,di ruang ternyaman di rumah ini aku berbaring dan berusaha tegar. Sudah 5 tahun silam kejadian itu berlalu, di mana aku kehilangan fungsi kedua kaki-ku.
Hampir setiap hari aku berdialog dengan Tuhan
Cerpen – Nona Xerena by Al-ma’rifati Ilahiyah
“Tuhan apakah ini karmaku,Tuhan?”
“Tuhan boleh aku ada di pangkuanmu?”
“Tuhan Kau ingin aku bertahan sampai kapan?” Ya dari dialog itu sudah terlihat, aku putus asa.
Tiba-tiba pintu kamarku terbuka dan munculah eyangku yang selama ini menjagaku dengan tulus. Kasih sayangnya sangat terasa dihati terdalam, aku tidak percaya pada orang-orang lain yang ku percaya hanya ia. Dengan kerutan di wajahnya,senyum indah nan tulus di bibirnya, suara merdu yang mengalun di udara dan tentunya tangis yang tersembunyi sangat menyakitkanku. Rasa-rasa aku ingin mengakhiri hidup agar ia tidak menangis lagi.
“Selama pagi sayang, Apakah Xerena ini jalan-jalan bersama eyang?”
“Selamat pagi eyangku tersayang. Ku rasa aku ingin di kamar saja, tolong bawakan aku sebuah buku eyang. Terimakasih”
“Baik sayang” ia sambil tersenyum dan senyum itu adalah canduku. Ia pergi dari kamarku untuk mengambilkan sebuah buku. Pintu terbuka lagi aku kira itu eyang ternyata bukan.
“Hei lumpuh! Lu kenapa sih hidup? Kenapa? Harusnya lu yang didalam peti waktu itu. Biaya pengobatan lu mahal. Lu gak guna di dunia ini, cepet pergi deh. Lu cuma ngabisi oksigen dirumah ini” setelah berkata seperti itu dia melaju untuk pergi dan aku.
“Hai Xandy, jika aku tiada apakah kau akan senang? Jika iya bantu aku memohon pada Tuhan” ucapku sambil tersenyum dan dia melangkah pergi dengan langkah yang besar dan brakkk (suara pintu.)
Sekian kali kamarku terbuka namun langkahnya membuatku teduh, eyang membawakan sebuah buku yang berjudul ‘Tenang,Semua Akan Baik-Baik Saja’ tidak lupa dengan teh hangat dan cemilan untuk menemaniku membaca.
“Eyang terimakasih, boleh Xerena minta tolong lagi? Xerena ingin membaca di sebelah jendela”
“Tentu sayang” ia membawaku ke sebuah kursi roda yang mengarahkan kursi roda tersebut di sebelah jendela
“Terimakasih Eyang, Xerena akan membaca dan eyang kembali di tengah hari nanti ya”
“Selamat membaca sayang, eyang menyayangimu”
Aku membaca dalam diam, judul buku ini sesuai dengan namaku Xerena berarti tenang. Orang tuaku mungkin ingin hidupku tenang dan aku selalu berusaha menempati keinginan mereka. Di sepertiga halaman aku lelah.
“Tuhan aku capek, daddy dan mommy Xerena capek. Xerena lelah” aku menghirup nafas dalam dan aku tertidur di atas meja itu.
Di tengah hari eyang kembali ke kamarku, ia membangunkanku yang sedang tertidur namun aku tidak terbangun. Eyang panik “Xerena bangun! Xerena! Eyang tidak suka ya bercandanya! Bangun!” ia menggoyangkan badanku sambil menangis “Xandy!” ia teriak memanggil saudara kembarku Xandy.
“Apalagi sih eyang? Kenapa lagi sih lumpuh ini?”
“Xerena memenuhi ucapanmu Xandy” lirih eyang dan tangis semakin kencang.
Ya aku tertidur selamanya, aku menyusul daddy dan mommy. Kejadian itu bukan hanya merengut fungsi kedua kaki-ku tapi juga kedua orang tuaku dan sekarang aku menyusul mereka. Sangat butuh waktu lama aku untuk menyusul mereka.
Xandy dia bingung harus merasa apa, haruskah dia bahagia karena ucapannya sudah terkabul atau dia sedih karena kembarannya tiada dan dia tidak bisa menempati arti namanya yaitu pelindung.
Eyang ia menangis sejadi-jadinya, bagaimana tidak ia selalu kehilangan dimulai dari suaminya, anaknya bersama mantunya dan sekarang cucunya. Mereka pergi menuju surga.
Eyang… sudah jangan menangis ya, Xerena sudah tenang dan bahagia. Eyang harus sudahi tangisan yang menyakitkan hatiku itu, eyang juga harus selalu tersenyum karena itu canduku. Doakan aku semoga daddy dan mommy tidak mengutukku karena harusnya lebih cepat bersama mereka. Selamat tinggal eyangku tersayang, lanjutkan membagi kasih sayang untuk semuanya.
Xandy kembaranku, Berbahagialah ucapanmu dan keinginanku dikabulkan oleh Tuhan. Aku mohon kau kembali seperti Xandy pelindungku 5 tahun lalu. Jadilah lelaki pelindung bagi eyang, istrimu nanti bahkan ponakan-ponakan lucuku nantinya. Terimakasih selama 20 tahun ini kita bersama, oh iya selamat ulang tahun ke20 tahun. I Love You
Kalian jangan sedih dan menangis dengan kisahku, aku sudah tenang.Xerena sudah tertidur tenang. Harapku kalimat bahagia sampai bertemu Xerena.
Sampai Jumpa. . .
Penulis: Al-ma’rifati Ilahiyah