Cerpen – Mulut-Mulut Terlaknat by Hanida Ayu Fursanah

Cerpen - Mulut-Mulut Terlaknat by Hanida Ayu Fursanah

Angin malam berderai dingin. Geraknya yang cepat membuat batang-batang bambu berayun, mengeluarkan suara gemeretak yang khas. Rembulan mulai condong ke barat, masih dengan purnamanya yang terang-benderang. Sinarnya menyelinap masuk ke dalam kamarku melalui celah jendela. Menyapu wajahku yang basah oleh air mata dengan cahaya keemasan redupnya.

Tidak ada satupun orang di dunia ini yang cukup kupercaya. Aku tidak tahu lagi harus mengadu pada siapa selain Tuhan.
Air mataku kembali jatuh mengingat semua yang kuterima, semakin menderas ketika kudengar pintu kamarku berderit. Suara tapak kaki terdengar pelan, mendekat ke tempatku bersimpuh pada Tuhan.

Cerpen – Mulut-Mulut Terlaknat by Hanida Ayu Fursanah

Kurasakan usapan pelan menyeberangi punggungku. Telapak tangan itu berhenti di lengan atasku bersamaan dengan tubuhku yang semakin merapat pada tubuh lelaki itu. Kurasakan napasnya berembus mengenai pipiku. Hal buruk itu terjadi lagi. Lelaki yang tidak berhak dan tidak akan pernah berhak atas diriku ini melakukan hal yang tidak seharusnya. Berulang kali meronta, tapi tenagaku tidak lebih kuat darinya. Lalu aku ditinggalkan terisak kesakitan setelah dia menuntaskan keinginannya.

“Mar, kamu jadi pergi sama teman-teman?” Ibuku bertanya di sela-sela aku yang membantunya memasak. Beliau baru saja pulang tadi pagi dari kota perantauan. Lusa ibu sudah harus kembali ke kota rantaunya.

Aku mengangguk.

“Jangan pulang larut-larut. Kalau perlu, nanti ibu minta mas Raka antar-jemput kamu ya?”

Aku begidik ngeri ketika nama itu disebut, buru-buru kutolak saran ibu itu, “Nggak usah, Bu. Aku berani kok berangkat sendiri.”

“Rimar, kamu lupa apa yang sudah terjadi ke Naina?”

Aku diam. Tentu saja tidak. Tidak ada seorang pun yang akan lupa tentang hal itu. Naina, seorang mahasiswa yang tinggal di kompleks sebelah, acapkali pulang larut malam untuk penelitian skripsinya. Namun, malam itu keadaannya sungguh mengkhawatirkan. Gamis longgar serta jilbabnya rombeng, kotor di sana-sini, dan tubuhnya menggigil ketakutan. Orang tuanya menyangka dia terjatuh dari kendaraan dalam perjalanan pulang, tetapi kondisi mentalnya berangsur memburuk setelah kepulangannya malam itu.

Dan suatu malam dalam tidurnya yang tidak pernah nyenyak, dia mengigau. Mulutnya berteriak tertahan, melarang seseorang untuk menyentuhnya, dan matanya menumpahkan lautan sembilu. Ketika dia tersentak bangun lalu menceracau kengerian, orang tuanya mulai menyadari hal buruk apa yang telah menimpa putri mereka.

Lalu sekarang? Apa dia menerima keadilan?

Tidak. Setelah berita tanpa nama tentangnya tersiar dari mulut ke mulut, identitas Naina sebagai korban terungkap. Dan lagi, seiring dengan merebaknya kasus itu, mulai muncul bisik-bisik tidak berdasar tentangnya. Sebagian menyalahkannya yang pulang larut malam, sebagian mengatakan bahwa Naina hanya berlagak sebagai korban, sebagian lagi lebih parah: mengatakan bahwa Naina tidak melakukan penelitian, tetapi bekerja sebagai wanita malam.

Pelakunya? Entahlah, Naina tidak dalam keadaan yang baik untuk bersaksi tentang pelaku. Mulut-mulut laknat penyebar bisik tak berdasar itu membawanya ke kegelapan. Pandangannya kosong, sekosong pikirannya yang telah rusak.

“Mar? Kamu dengerin ibu? Nanti ibu minta mas Raka antar-jemput ya.”

Aku mengangguk pasrah setelah tersadar dari pikiranku yang sibuk tentang Naina.

Dini hari ini, aku terduduk di atas dinginnya lantai kamar mandi. Lingkungan sekelilingku tidak lebih sepi dari sunyinya benakku. Putus asa kupandangi sebuah benda pipih panjang dalam genggamku. Garis dua. Bayi mas Raka, kakak sepersusuanku, telah tumbuh di tempat yang tidak seharusnya. Dan jelas… ini tidak bisa kusembunyikan. Berita tentangku yang mengandung tanpa suami pasti akan menyebar cepat layaknya peluru sesaat setelah pelatuknya ditarik. Pikiranku mulai sibuk dengan satu tanya.

Apa aku akan jadi seperti Naina?

Penulis: Hanida Ayu Fursanah

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *