Seperti biasa, setiap pagi saat bel berbunyi dan satu langkah lagi guru akan masuk ke kelas, dia selalu beruntung. Untungnya dia sudah punya keahlian untuk memanjat dan melompat. Kebiasaannya yang dianggap sepele itu membuatku selalu geram. Dia selalu datang terlambat padahal rumahnya sangat dekat.
“Laskar, bisa gak sih datang tepat waktu sehari aja?” Ada penekanan saat Wangi berbicara dengan nadanya yang khas sebagai ketua kelas.
Cerpen – Makasih Kamu Selalu Ada by Malika Nur Utami
“Gak,” jawabnya singkat.
Wangi pergi begitu saja, dia sudah terlalu lelah melihat kelakuan temannya yang satu ini. Seperti biasa dia akan pergi ke perpustakaan untuk membaca novel yang baru datang.
Ia melihat-lihat koleksi novel baru yang dipajang di rak paling belakang. Ia menghirup aroma itu. Aroma buku baru yang masih memakai plastik. Wangi pun ingin segera membuka novel baru itu.
Artikel yang sesuai:
“Bu, saya pinjam yang ini, ya?”
“Jangan, belum dicap,” jawabnya.
Wulan pergi dengan muka memelas, ia memesan semangkuk Mie Goreng di kantin. Tiba-tiba saja dia melihat Laskar membawa termos es yang ia titipkan di kantin.
“Bu, ini es bukan buatan Ibu?”
Ibu kantin menggeleng, es itu ternyata buatan Laskar. Ibu kantin adalah tetangganya. Laskar anak yang rajin dan suka berjualan. Dia pekerja keras. Namun, Wangi malah tidak percaya dengan ucapan Ibu kantin. Karena Laskar tidak pernah menunjukkan semua itu di kelas.