Cerpen – Love Is Sick by Rossiana Dyah Herawati

Cerpen - Love Is Sick

Dua raga yang selalu bersama setiap harinya tetapi tidak pernah berada ditujuan yang sama adalah hal yang paling menyakitkan dari yang namanya jatuh cinta.

Manusia adalah makhluk perasa, mereka selalu melibatkan perasaan mereka untuk segala hal yang terjadi didalam hidup ini. Aku pernah merasakan yang namanya ‘Jatuh Cinta’, hal yang katanya menyenangkan juga menyedikan.

***********

Awalnya aku tak pernah peduli tentangmu tetapi semesta selalu punya cara sendiri untuk menyatukan kita, seolah semesta ingin kita bersatu tetapi kenapa ketika kita sudah bersama jusrtu semestalah yang bekerja paling keras untuk yang menjauhkan kita? Siapa disini yang harus kita salahkan? Aku? Kamu? Atau Semestalah yang justru harus kita salahkan?

Cerpen – Love Is Sick by Rossiana Dyah Herawati

Kala itu aku mengenalmu saat kita duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama, dulu aku hanya sebatas mengenal namamu tidak lebih dari itu dan kamu juga mengenal namaku tetapi bedanya kamu mengetahui segala hal baik maupun buruk yang ada di diriku.

Aku dulu tidak terlalu perduli tentang dirimu dan apa yang terjadi dihidupmu karena bagiku kamu tidaklah penting untuku saat itu, kamu saat itu hanyalah teman sekolah bagiku tidak lebih dari itu. Tetapi beda halnya denganmu, kamu sangat amat tertarik dengan segala hal yang ada di diriku tetapi kamu tidak pernah menunjukkannya kepada siapapun termasuk kepadaku.

Disaat orang lain mengabaikanku kamu dengan inisiatif datang untuk sekedar menemaniku agar aku tidak merasa kesepian lagi padahal kita dulu tidak pernah berkomunikasi secara intens empat mata bahkan kita jarang bertegur sapa. Karena aku terlalu sibuk menghabiskan waktu untuk bermain bersama dengan teman-temanku dan kamu sangat pasif menyapa orang.

Katanya kamu menyukaiku kala itu tetapi sayangnya aku sudah memiliki dambaan hati dan kamu masih saja menyukaiku secara sepihak. Kamu selalu bertanya apakah hatiku sudah kosong atau masih terisi dengan hati yang lain, setiap hari kamu selalu melihatku dengan dambaan hatiku saat itu.

Aku sangat-sangat tahu hatimu tergores kala itu karena melihat orang yang kita suka bersama dan menghabiskan waktunya dengan orang lain langsung didepan mata. Tetapi apalah daya, kamu dan aku saat itu hanyalah sebatas “teman sekolah” tidak lebih dari itu.

Sampai pada akhirnya semesta seolah menyatukan kita dengan caranya, aku mulai peka terhadap kehadiranmu dan aku sudah lama mengakhiri hubunganku dengan pacarku kala itu. Karena ada satu dan lain hal bukan karena kehadiran dirimu.Sering aku tersenyum ketika memikirkan dirimu.

Salah tingkah pun tak bisa lepas dariku bila kamu tiba-tiba mengucapkan atau bahkan memperlakukanku secara romantis. Sering kali aku merasa kesepian padahal aku selalu berada di dalam keramaian, lalu kamu dengan tiba-tiba menelfonku untuk sekedar menemaniku agar aku tidak merasa kesepian, sampai akurasanya benar-benar mati kutu karena aku hanya diam membisu saat kamu sedang mengomeliku tentang banyak hal.

Kamu terus memperahatikanku, memperdulikanku, menjaga moodku, melindungiku di saat aku berada di keramaian, menelfonku secara tiba-tiba, mengirimkan makanan, datang kerumahku secara tiba-tiba, menghiburku disaat aku sedang sedih, selalu mensuppport apapun yang akan kulakukan.

Selain itu, mengajakku pergi untuk membeli makan atau menghabiskan waktu untuk menikmati keindahan alam, dan kamu tidak pernah menghakimiku jika aku tiba-tiba melakukan kesalahan, membelaku ketika semua orang menyalahkanku tanpa ada bukti yang nyata dan jelas, dan masih banyak hal kecil lainnya yang kamu lakukan untukku.

Di malam hariyang sunyi kamu selalu menelfonku atau bahkan memberikan pesan untuk memastikan kalau aku sedang baik-baik saja tetapi aku adalah seorang manusia yang selalu memejamkan mata ketika jam sudah memasuki pukul 21.00.

Sering kamu marah, kesal, dan kecewa karena aku selalu tak menjawab telfonmu di malam hari padahal kamu tahu aku sudah tertidur lelap bersama mimpi-mimpi indahku. Jahat memang diriku selalu membiarkan mumenunggu tetapi kamu jauh lebih jahat karena selalu memaksa mataku untuk terbuka sampai larut malam.

Kini kita telah melakukan banyak hal positif dan hubungan kita semakin dekat layaknya sepasang kekasih sungguhan. Tetapi disini bedanya kita hanya dekat tanpa status dan bodohnya, aku sangat berharap kepadamu untuk bisa menjalin hubungan di status yang nyata bukan cuma sekedar angan-angan belaka, hal yang mustahil terjadi karena kamu tidak pernah ada keberanian untuk mengungkapkan apa yang seharusnya dikatakan dan aku yang selalu takut akan kenyataan.

Terkadang aku malu denganmu, kamu selalu bersikap baik kepadaku dan memperlakukanku layaknya kekasih sungguhan namun aku tak pernah memperlakukanmu seperti yang kamu lakukan untukku.

Aku tak pernah menyalahkanmu karena kamu telah mencintaiku begitu dalam tetapi aku juga tak menyalahkan diriku karena memang pada kasus ini tidak ada yang harus disalahkan kita hanya terjebak oleh rasa nyaman sampai enggan untuk keluardari zona nyaman.

Kamu adalah orang baik yang dikirim tuhan untukku tetapi sepertinya tuhan tidak mengizinkan kita untuk saling bersama didalam status yang nyata.

Terkadang aku ingin sekali mengatakan bahwa aku sangat mengingkan yang lebih dari sekedar hubungan pertemanan tetapi rupanya kamu tidak pernah peka dan entah mengapa rasanya untuk mengatakan isi hatiku yang sebenarnya bibirku terasa kelu.

Sangat susah untuk aku berbicara hal itu dan aku selalu berfikir bahwa kamu tidak pernah benar-benar ingin memiliki hubungan yang lebih denganku dari sekedar hubungan pertemanan karena kamu hanya menganggapku sebagai teman dikala sepi saja.

Hampir setiap  hari aku memikiranmu, senang rasanya ketika memikirkan sosokmu tetapi disaat bersamaan ada rasa sakit yang tak diundang lalu singgah di hatiku untuk waktu yang cukup lama. Ada banyak sekali pertanyaan dikepalaku yang ingin kutanyakan langsung kepadamu.

“sebenernya hubungan kita itu apasi?”
“mau dibawa kemana hubungan ini”?
“kamu nganggep aku apa sih?”
“aku butuh kepastian bukan cuma omongan belaka”
“kalau emang mau pacaran  ya pacaran jangan digantung kaya gini, semisalkan kalau nanti ada yang deketin aku kamu marah begitupun sebaliknya”.

Tetapi rasanya untuk mengatakan hal seperti itu bibirku terasa kelu seperti ada lem yang menempel sangat kuat dibibirku. Kita memang selalu bersama tetapi kita tidak pernah mempunyai tujuan yang sama.

Tujuanku adalah memiliki hubungan denganmu di status yang jelas tetapi sayangnya aku tidak pernah mengetahui tujuanmu yang sebenarnya.

Kamu memang mencitaiku selama bertahun-tahun tetapi kamu tidak pernah berjuang untuk mendapatkan hatiku dan yang kamu lakukan hanyalah menungguku padahal kamu tau ada banyak cara untuk bisa memilikiku dari hanya sekedar menunggu, terkadang aku selalu bertanya kepada diriku sendiri apakah kamu benar-benar serius mencintaiku atau hanya sekedar mencari teman hiburan dikala sepi saja supaya kamu tidak merasa kesepian?

Entahlah aku tidak akan mencari tau hal itu karena akan menjadi penyakit hati yang aku tanam sendiri bibitnya. Dulu aku sempat berfikir bahwa kamu adalah takdirku tapi seiring berjalannya waktu ternyata aku salah.

Kamu bukanlah takdirku dan kamu juga bukanlah rumah untukku kembali, kamu hanyalah tempat penginapan yang dikirim tuhan untuk menemaniku supaya aku tidak pernah merasa sendiri.

Sempat ingin marah kepada kamu dan juga semesta, kenapa semesta selalu mempermainkanku dengan begitu mudah. Membut aku terbang terlalu tinggi sampai lupa daratan lalu dijatuhkan dengan begitu mudah seolah melempar kertas dari jendela pesawat. Ingin membenci tetapi rasanya itu tak mungkin akul akukan.

Sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkanmu bukan karena aku sudah menemukan hati yang lain tetapi karena aku yang merasa tidak pantas untuk bisa bersama dirimu. Tetapi aku sangat berharap kamu bisa menjadi orang yang aktif berbicara dikemudian hari entah bersamaku atau mungkin bersama hati yang lain.

Saat aku memutuskan untuk meninggalkanmu aku merasa telah mengambil keputusan yang salah. Aku merasa seperti ada yang hilang dari hidupku setelah mengambil keputusan tersebut. Hidupku kembali menjadi abu-abu, berjalan tanpa tujuan, berlayar tanpa peta, dan tak tahu harus bagaimana.

Kesepian, rasa penyesalan, kekecewaan sering kali menghantui pikiranku hingga membuat aku sulit untuk tertidur hingga larut malam.

Tetapi jika seandainya aku memaksakan semesta untuk menyatukan kita kembali aku takut nantinya kita akan menyimpan banyak luka kembali di hati masing-masing.

Bukan bermaksud untuk memberi harapan palsu tetapi aku hanya tak ingin terluka lebih dalam lagi meski aku tahu kamu jauh lebih terluka dibandingkan aku.

Sampai pada akhirnya semesta memberiku petunjuk seolah dia mengatakan bahwa keputusanku adalah keputusan yang seharusnya dan tidak ada yang salah atas keputusan yang aku tentukan.

Aku yakin, aku tak akan selamanya sendiri sebab sepotong hati untuk melengkapi hatiku akan aku temukan disaat yang tepat.

Untuk sekarang kamu perbaiki dulu dirimu disana dan aku akan perbaiki diriku disini, semoga semesta bekerja kembali untuk menyatukan kita dijalan yang semestinya.

Aku mencintaimu tapi aku lebih mencintai Tuhanku dan aku meninggalkanmu karenaTuhanku semoga Tuhanku mengembalikanmu kepadaku disaat kita sudah sama-sama saling siap  untuk segala hal baik dan buruk yang akan terjadi untuk kedepannya nanti.

Semoga kita memang benar-benar akan dipersatukan kembali oleh semesta tetapi seandainya jika takdirnya bukan seperti itu tak mengapa aku akan tetap menjalani kehidupanku seperti yang inginku lakukan dan meraih mimpi-mimpiku yang belum tercapai dan kamu juga akan menjalani kehidupanmu seperti yang kamu lakukanya biasanya.

Ditulis Oleh: @rossianadyhrwt

1 komentar untuk “Cerpen – Love Is Sick by Rossiana Dyah Herawati”

Tinggalkan Komentar