Belakangan, Nina selalu terbangun dengan keadaan gemetar. Gelas berisi air di atas nakas dekat tempat tidurnya tumpah, tadi dia hendak mengambilnya, tangannya yang lemas dan gemetar tak sanggup mengangkat. Gelas itu terlepas dari tangannya, kemudian jatuh dan pecah.
Nina masih terduduk di atas tempat tidur, kepalanya dipenuhi potongan-potongan mimpi. Apakah benar semua itu hanyalah bunga tidur? Pasalnya mimpi itu terjadi selama tiga malam berturut-turut dan sambung-menyambung.
***
Pandemi. Itu yang dijadikan alasan mengapa Nina tak kunjung pulang. Namun, setelah masyarakat sudah bebas mudik, nyatanya ia masih belum juga mengambil keputusan tersebut. Hingga mimpi yang menimpanya selama tiga malam berturut-turut, akhirnya sore ini mengantarkan dirinya ke terminal. Selembar tiket sudah ada di tangan, ia tengah menunggu waktu keberangkatan.
Cerpen – Lebih Takut Kehilangan by Siti Khotimatun Hasanah
Dua tahun lamanya ia tidak menginjakkan kaki di kampung halaman, dua tahun sudah ia kehilangan minat untuk pulang. Tak disangka, dini hari nanti ia telah sampai di sana, kembali menatap wajah tua ibunya.
Nina menghela napas, memejamkan mata. Potongan-potongan mimpi kembali berkelebat di kepala.
***
Pukul dua dini hari bus sudah sampai di terminal kota tujuan. Nina membutuhkan sekitar tiga puluh hingga enam puluh menit perjalanan untuk bisa tiba di rumah orang tuanya. Beruntung selalu ada tukang ojek yang biasa mangkal di terminal pada jam-jam tersebut.
Melewati jalan terjal dan berkelak-kelok, menembus jalanan yang kanan-kirinya lahan pohon pinus tinggi dan rapat. Satu kilo meter jarak menuju rumahnya berganti sawah membentang di sepanjang kanan-kiri jalan. Cahaya lampu rumah-rumah yang berdiri di dekat lahan persawahan tampak seperti taburan bintang. Udara dingin menusuk kulit, beberapa kali Nina merapatkan jaket.
Aroma pedesaan yang telah lama tak dikenali, kini kembali hinggap di cuping hidungnya. Sebelum masuk ke jalan kecil menuju rumah orang tuanya, Nina meminta tukang ojek berhenti. Ia tidak ingin suara motornya mengganggu tetangga, selain itu ia juga tidak ingin awal kepulangannya diketahui orang lain.
Sartikaš¤
saya mau nangis bacanya… jadi rindu orang tua…