Alisha tidak ingat sama sekali alasan apa yang membuatnya bisa sejatuh cinta itu kepada seorang Rakana. Mungkin sifat ramah laki-laki itu yang melebihi batas dari laki-laki lain? Terutama pada pada perempuan-perempuan di sini. Yang jatuhnya seperti friendly kepada semua orang. Atau mungkin pada ketidaksengajaan yang kerap mempertemukan kedua? Lalu ia di buat sekali jatuh hanya dengan laki-laki itu menyunggingkan senyum menawan? Nayara tidak tahu.
Tepat ketika kepala sekolah menyelesaikan pidatonya dan secara resmi melepas murid kelas 12, Alisha tersenyum pada sosok di atas panggung tanpa sepengetahuan orang lain.
Cerpen – Hati-hati di Jalan by Sri Cicik Nurita
Mungkin tidak ada yang spesial, namun melihat Mas Rasyid berdiri di atas panggung menjadi salah satu lulusan siswa dengan nilai terbaik adalah hal Indah yang bisa ia syukuri saat ini. Apalagi ketika laki-laki berbaju toga hitam itu tersenyum simpul pada semua orang yang menyorakinya, Alisha di buat tertegun beberapa saat.
Ia lupa beberapa detik lalu ia di buat mati karena perasaan itu muncul kembali setelah sekian lama menghilang. Ia hampir lupa, bahwa memiliki laki-laki itu adalah hal yang tidak akan pernah terjadi.
“Katanya kita nggak akan pernah tahu takdir apa yang Tuhan rencanakan buat kita. Tapi, kenapa rasanya aku tahu ya akhir dari semua ini?” Di samping Alisha, perempuan yang memakai jas OSIS sama seperti dirinya itu hanya bergumam pelan.
Marchela meliriknya sekilas sebelum mengatakan, “Nggak lo kasih tau pun gue udah nebak endingnya kayak gimana, Al.”
Lalu keduanya terdiam. Menyaksikan dengan seksama bagaimana riuhnya acara perpisahan kakak kelasnya. Keduanya melihat dengan jelas kakak kelasnya mulai berhamburan ke dalam pelukan teman-temannya, merengkuhnya dengan erat lalu terisak di pundak satu sama lain. Ia melihat banyak sekali perpisahan.