Baginya, dunia itu seperti kertas lipat.
Suara burung berkicau menemani Elena yang terduduk di kursi roda miliknya. Kursi yang selalu menemani kemanapun ia pergi. Burung-burung berkicau seolah sedang bernyanyi untuknya. Taman yang asri membuat Elena tak mau pergi sekalipun. Bunyi air mancur buatan menambah kesan sejuk hingga membuat siapa saja akan merasa tenang.
Cerpen – Dunia dalam Kertas Lipat by Nandang Setiawan
Gadis kecil berambut hitam pekat itu terduduk dengan kertas lipat di tangannya. Ia menyimpan bentuk burung dan pesawat yang berhasil dibuatnya, lalu mengambil kertas lipat baru.
“Sekarang aku buat kupu-kupu,” ucapnya riang.
Dengan lihai, perlahan ia melipat kertas itu satu per satu hingga menjadi sebuah bentuk kupu-kupu. Entah sudah berapa ratus lipatan kertas yang Elena buat. Namun, tak membuat ia bosan sedikitpun.
Artikel yang sesuai:
Favoritnya adalah sesuatu yang bisa terbang. Ia selalu membuat suatu bentuk seperti pesawat, burung, kupu-kupu dan lainnya. Kemudian hasilnya akan ditempel di dinding kamar rumah sakit yang sudah dua tahun ia tempati. Sudah seperti rumah kedua baginya.
“Elena, Bunda cariin ternyata ada di sini. Sarapan dulu, yuk,” ajak Ratih, ibu Elena.
“Bunda, Elena lagi bikin origami. Lihat, bagus kan?”
“Iya, bagus. Tapi Elena sarapan dulu ya, biar cepet sembuh.”
“Aku bosan Bunda, ingin pulang.”
“Iya, nanti kita pulang kalau kamu sudah sembuh. Sekarang makan dulu, ya.”
Elena tahu jika ibunya berbohong. Dia tahu tentang penyakit yang diidapnya. Kanker otak primer (Astrocytoma) kanker yang berasal dari sel glial yang berfungsi untuk menunjang sistem saraf. Kanker jenis ini dapat menyerang anak hingga lansia.
Hanya saja Elena tidak mengetahui secara detail tentang riwayatnya. Ia hanya tahu jika dirinya mengidap kanker otak. Gadis kecil itu tersenyum saat kembali menuju kamar inapnya. Dalam lubuk hati yang terdalam, ia punya keinginan untuk hidup dengan wajar.