Hari ini Gadis merasa jantungnya hampir lepas dua kali. Pertama, saat dosen mata kuliah Kimia Organik di kelasnya mendadak mengadakan kuis. Yang kedua, saat ayahnya mengabarkan bahwa ibunya ingin bertemu dengan Gadis malam ini. Gadis bukannya tidak ingin, hanya ia merasa tidak siap dan tidak bisa.
Sudah lama Gadis tidak berjumpa dengan ibunya. Tepatnya sewindu sejak pertemuan terakhir mereka. Saat itu, Gadis tidak sengaja bertemu sang ibu dan keluarga barunya. Sang ibu begitu bahagia dengan tawa ceria yang bahkan belum pernah Gadis lihat sebelumnya.
Cerpen – Dua Kado Untuk Gadis by Dista Arum
Gadis merasa seperti dihantam batu besar kala menyaksikan keluarga ibunya dengan beragam ekspresi bahagia tengah bermain mesin pencapit boneka di sebuah pusat perbelanjaan terkenal ibu kota, sementara dia hanya sibuk mencari keramaian di tengah kesepiannya.
Rasanya saat itu, meski dihantam batu tepat di dadanya, Gadis ingin tertawa terbahak-bahak. Tentu bukan tawa bahagia, melainkan menertawakan kebodohannya yang masih mengharapkan kehadiran seseorang yang bahkan tidak lagi mengingat dirinya. Dan, sejak itu Gadis memutuskan tidak akan bertemu dengan ibunya lagi.
“Dis, mau ke mana?” tanya Putri saat melihat Gadis tiba-tiba mengemasi barangnya ke dalam tas dan bersiap pergi.
“Pulang. Aku duluan ya, Put.”
“Masih ada satu matkul lagi, Dis!” Peringatan Putri bak angin lalu bagi Gadis. Dia malah melambaikan tangan tepat sebelum belokan di ujung koridor.
Gadis ingin segera pulang dan menemui ayahnya. Dia sudah membulatkan tekad untuk menolak bertemu sang ibu malam ini. Meskipun hari ini Gadis tepat berumur 20 tahun dan benar-benar merindukan perempuan yang sudah melahirkannya itu, serta berharap dapat merayakan bersama di hari spesial ini. Namun, rasa kecewa dan benci telah menutup rindu tersebut.