Cerpen – Amel dan Perlombaan Menggambar by Fita Arofah

Cerpen - Amel dan Perlombaan Menggambar by Fita Arofah

Saat ini aku tengah bersiap mengikuti lomba yang diadakan oleh pihak sekolah untuk memperingati hari ulang tahun sekolah. Aku mengikuti lomba menggambar, karena memang itu yang kusukai. Teman-temanku yang lain juga saat ini tengah bersiap megikuti berbagai macam lomba yang lainnya.

“Amel,” panggil Sisca. Aku yang merasa terpanggil pun menoleh dan melihat Sisca. Ia berjalan ke arahku sembari menenteng sebuah tas.

Cerpen – Amel dan Perlombaan Menggambar by Fita Arofah

Sisca mengulurkan tasnya kepadaku. “Ini, isinya peralatan menggambar seperti crayon, pensil, penghapus, dan lainnya.” Aku mengerutkan kening. Bukankah alat tulis sudah disediakan oleh pihak sekolah?

“Katanya alat tulis sudah disediakan?” tanyaku dan dibalas dengusan oleh Sisca.

“Tidak jadi. Katanya kebanyakan yang ikut lomba, jadinya membawa alat tulis sendiri,” ungkap Sisca dengan nada sedikit jengkel. “Seharusnya mereka bilang saja kalau tidak mau mengeluarkan uang untuk membeli alat tulis,” lanjutnya sembari berbisik di telingaku.

Aku terkekeh. Kini aku sangat yakin bahwa Sisca sedikit kesal dengan pihak sekolah karena hanya mengeluarkan sedikit uang untuk perayaan ini. Ditambah Sisca merupakan salah satu anggota OSIS, jadilah ia tahu hal seperti itu.

Sisca menepuk bahuku. “Sudah, ya. Aku mau menyiapkan perlombaan dulu,” ucapnya seraya tersenyum padaku. “Biasa, OSIS memang kumpulan babu berkedok organisasi,” bisiknya lagi dan membuatku tak tahan untuk tidak tertawa. Yang kutahu, Sisca menyesal telah ikut organisasi OSIS.

Sepeninggal Sisca, aku pun berjalan menuju ruang kelas 12 IPA 1 yang sekarang menjadi tempat untuk lomba menggambar. Memang seperti itu, kelas-kelas saat ini digunakan untuk lomba.

Seperti kelas 12 IPA 1 yang menjadi tempat lomba menggambar seperti yang kukatakan tadi, 12 IPS 1 yang menjadi tempat lomba pidato, 11 IPA 1 sebagai tempat lomba menulis, serta 11 IPS 1 yang menjadi tempat lomba cerdas cermat. Sisanya diadakan di halaman sekolah seperti lomba estafet, band, serta lomba olahraga lainnya.

Sesampainya di kelas 12 IPA 1, aku dikejutkan dengan seorang pemuda yang tengah berdiskusi dengan salah satu guru yang akan menjadi juri. Dia terlihat memohon bahkan sampai mengulurkan uang pada Pak Seto.

Sepertinya pemuda itu sedang memohon untuk dimenangkan lomba. Dengan cepat aku merogoh saku dan mengambil ponsel guna merekam kejadian itu. Jadi, kalau memang terbukti bahwa pemuda itu memang mau menyuap sang guru, maka aku akan mengatakan kebenarannya pada khalayak.

Tinggalkan Komentar