setiap kali aku melihat temanku pacaran selalu terbesit kata di kepalaku “kapan gitu?”. Apakah ini yang di sebut sebagai pacaran dapat menyebar perasaan keingin tahuan. Bukan keingin tahuan sih, tepatnya dorongan untuk segera menyusul pacaran. Seperti ajakan namun terlalu halus untuk di rasakan.
Setiap pulang sekolah, teras kelas seperti taman kota. Banyak anak pacaran numpuk di sana. Mungkin ada 2 sampai 3 pasangan. Aku pun merasa sedikiti risih, apa lagi ini kan sekolah bukan tempat pamer kemesraan. Dalam hati selalu ingin ku berkata pada si pamer kemesraan ini “pergi kau bangsat!”, tapi aku tak cukup berani. Kebayakan yang pacara di depan kelasku adalah kakak kelas, rata-rata ikut ekstra pencak silat.
Suatu hari pernah aku menggoda anak yang lagi pacaran di depan kelas, waktu itu sama andre pulang sekolah.
‘kau ambil tong air dalam kelas rif!’ suruh andre dengan tatapan tajam setelah melihat salah satu mantannya pacaran di depan kelas andre.
‘oke tunggu’ jawabku. Sebenarnya aku tak tahu apa yang akan di lakukan andre terhadap tong air ini. Entah menyiram dua sejoli itu atau apalah aku gak tahu.
Selang beberapa menit aku kembali dengan membawa tong air.
‘nih!’ kataku.
‘buat apa ndre?’ tanyaku.
‘gini, kita pura-pura ngepel ya? Biar mereka keganggu gitu. Mau gak kau?’ tanya andre.
‘demi teman’ jawabku singkat.
Rencana yang cukup berhasil, kami berpura-pura ngepel seperti penjaga sekolah yang baru di angkat. Padahal masih bersih dan tak ada noda sama sekali di situ.
‘ndre ngapain?’ tanya Indah mantan andre sambil melihat andre.
‘ini in, hari ini jadwal piketku sama arif, kebagian ngepel sih. Hehe’ jawab andre.
‘perasaan bersih’
‘emang iya? Banyak debu loh ini’ kata andre.
‘ssttt…’ bisik andre ringan kepadaku.
‘bicara dong bantu aku’ lanjutnya.
‘iya in hari ini adalah jadwal piket kami, karena pagi tadi kami gak ikut piket jadi dihukum ngepel sepulang sekolah, gitu’ kataku.
Sejauh ini rencana kami berhasil, setidaknya kami dapat menghambat indah dan pacarnya tak bisa saling romantisan. Apa lagi berbuat mesum. Pacarnya yang tak lebih ganteng dari andre itu sering melihat kami berdua. Mungkin dia sudah merasa kalau kami hanya pura-pura. Namun, cukup berhasil. Sebelum anisa datang.
‘hei rif ngapaian?’ tanya anisa dari kejauhan.
‘ndre ada anisa, gimana?’ tanyaku.
‘gimana nih, bingung juga aku’ jawab andre.
‘hoi sa, hehe.. ini lagi emm’ jawabku ke anisa.
‘dia ngepel nis, katanya sih hukuman karena tadi pagi gak ikut piekt gitu’ indah memotong perkataanku.
‘hah? Yang bener?’ kata anisa yang kebetulan menjadi ketua kelasku.
‘jadwal piketmu kan rabu rif, dan andre kan jumat.. ini senin loh’ lanjut anisa.
Ku lihat mata indah dan pacarnya mengarah ke kami dengan tajam. Mereka pasti sudah menyadari kalau kami hanya mengganggu keromantisan mereka.
‘ndre gimana nih?’
‘satu cara rif’ kata andre mantab.
‘lariiiii……’ kami berdua lari meninggalkan tong air dan taplak guru yang kami buat alat ngepel sambil berharap besok kami gak dapet hukuman ngepel sesekolah gara-gara ngepel pakai taplak guru dan menyalahi aturan karena kami ngepel pakai sabun bayclean yang membuat warna lantai depan kelasku berubah agak menguning. (ma/ma)
baca cerita sebelumnya DISINI