Beda Bahasa (Cerpen Ringan Pengisi Waktu Luang)

Karya : Medina Permata Dewi

Angin malam sejuk terasa kian membalut kulit tubuhku. Kesunyian ini seakan mampu memperjelas bayangan yang semakin meruncing pada harapan yang terus menjadi angan. Aku mulai tengkurap dengan alaskan lantai di samping kasur dan merapatkan kepala di atas guling merah jambu. Pintu kamar yang mulai remuk bagian tepi – tepinya berkat ulah ulat rayap itu terlihat menutup namun tak terkunci.

Aku seketika membuka mataku saat alunan lagu terhenti dan berganti dengan nada rintikan – rintihan hujan yang seakan mengerti dengan perasaanku malam ini. Aku menikmatin alunan rintikan – rintikan hujan tersebut tanpa tersadar telah tengah malam dan akhirnya berhasil membuatku tertidur sangat pulas.

Mimpi itu kembali menghampiriku, aku sangat tidak mengerti kenapa dia selalu datang dalam mimpiku dan mengusik ku. Aku sangat tidak bisa kalau harus merasakan rindu ini terlalu lama lagi. Aku mencoba untuk memberanikan diri bertemu dengannya yang selama ini selalu ku rindukan akan hangat kehadirannya. Sudah hampir 10 tahun ku tak pernah melihatnya lagi dalam peraduan canda tawa yang sudah menjadi rutinitas bersama teman – teman.

Beda Bahasa

Sesampai di tengah perjalanan tanpa di duga aku bertemu dengannya dan dengan segera aku berlari menghampirinya. Tanpa basa – basi aku langsung menyapanya dengan gembira.
“ Assalamualaikum”
“ Waalaikumsalam. Ana naon, neng ? “
“ Siapa ana naon ? kakak kamu ya ? Ah iya, bagaimana kabarmu ?”
“ Sanes, neng. Alhamdulillah, damang atuh neng”
“ Sanes dan damang itu siapa lagi ? apa mereka yang sudah membuatmu pergi dari ku ?”
“ Sanes, neng. Ah, kumaha atuh neng. Akang merantau neangan ngangsitkeun atuh, neng”
“ Kamu aneh ya sekarang, di ajak ngomong selalu ngelantur jawabnya. Aku membencimu!”
“ Sanes, neng. Ah, akang kudu kumaha atuh, neng ? Ulah ambek atuh, neng”
“ Ah tau lah, masa bodoh aku sama kamu. Bukannya mengobati rasa rindu malah membuatku kecewa saja!”

Tanpa basa – basi aku langsung meninggalkannya tanpa menghiraukan penjelasannya sama sekali darinya. Sesampai di tengah perjalan aku baru tersadar bahwa dia berasal dari sunda dan langsung membuatku tertawa terbahak – bahak seperti orang gila yang sedang berkeliaran di jalan raya. Dan hari ini benar – benar sangat memalukan sekali bagiku.

Aku langsung bergegas pulang kerumah sebelum orang – orang semakin banyak yang menertawaiku karena ulahku sendiri. Muka ku langsung berubah menjadi merah padam karena rasa malu yang kurasakan sekarang ini. Perasaanku kini begitu campur aduk, rasa senang dan rasa malu kini sudah tiada bedanya lagi karena sudah bercampur menjadi satu seperti nasi yang sudah menjadi bubur. Tiada kata lagi yang pantas untuk mengungkapkan rasa betapa bahagianya aku sekarang ini, dan benar hanya hujan lah yang pantas dan dengan setianya selalu mengerti perasaanku tanpa aku mengungkapnya sedikit pun kalimat kepadanya. Dia memang teman terbaik yang pernah ku miliki, serta lebih dari apapun juga itu. Aku bahagia memilikinya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *