Inilah 3 alasan menjadi seorang penulis yang bermanfaat terutama bagi karier yang kamu miliki. Di tulisan ini saya membagikan pengalaman pribadi, perjalanan menjadi seorang penulis.
Saya berharap tulisan ini dapat bermanfaat untukmu yang ingin menjadi seorang penulis atau yang ingin menambah pengetahuan dan alasan untuk menekuni dunia menulis. Disajikan tiga alasan menjadi seorang penulis yang dapat bermanfaat untuk mendukung kariermu. Jangan lewatkan juga satu poin tambahan berupa kesalahan terbesar di awal saya menulis.
Daftar isi
Toggle3 Alasan Menjadi Seorang Penulis yang Bermanfaat untuk Kariermu By Sridewanto
Selamat membaca.
Awal Mula Menulis
Awal mula menulis adalah ketika di sekolah dan kuliah.
Kala itu, kita sering mendapatkan tugas untuk menulis, bukan? Mulai dari membuat karangan ketika berlibur di rumah nenek, laporan karya wisata, laporan praktikum, hingga membuat skripsi. Jika diingat lagi, saya merasa menyesal kenapa saat itu kurang serius ketika menulis. Namun, mungkin ada satu alasan khusus, sehingga hal ini terjadi.
Artikel yang sesuai:
Ketika itu, menulis bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Menulis itu sulit.
Dari kepercayaan bahwa menulis itu sulit, maka kegiatan ini pun tidak benar-benar ditekuni. Menulis saat itu hanya menjadi pemenuhan tugas. Menulis bukan menjadi panggilan jiwa. Akhirnya, hasil proses menulis pun tidak luar biasa.
Semua itu kemudian berubah ketika saya mulai bekerja.
Kemampuan Menulis Dibutuhkan
Dalam dunia kerja, kemampuan menulis dibutuhkan, bahkan sejak langkah pertama.
Setiap akan mengawali bekerja, tentu kita diminta untuk membuat surat lamaran pekerjaan. Nah, di sini kemampuan menulis kita sudah diuji. Bagaimana kita menata kata dan kalimat untuk membentuk lamaran pekerjaan (cover letter) itu?
Gagal di tahap menulis lamaran ini, risikonya adalah tak dapat kerja.
Selain menulis surat lamaran pekerjaan, dokumen lain yang juga diperlukan saat melamar kerja adalah daftar riwayat hidup (curriculum vitae). Di sini kita perlu membagikan apa saja pengalaman kerja, pendidikan, hingga berbagai penghargaan yang diperoleh.
Dalam daftar riwayat hidup, kita harus menunjukkan keunggulan diri, tetapi tanpa terlihat terlalu mencolok sedang melakukannya.
Jika tidak pernah menulis, maka mungkin kita akan kesulitan dalam menyusun surat lamaran dan riwayat hidup tersebut. Belum lagi nanti ketika kita sudah diterima bekerja, banyak dokumen yang perlu ditulis, mulai dari surat undangan, surat pemberitahuan, berbagai laporan, dan lain-lain. Di semua dokumen tersebut, kemampuan menulis sangatlah dibutuhkan. Namun, tentu saja itu semua bergantung daripada jenis pekerjaan yang kita pilih.
Satu hal yang pasti, menulis diperlukan sejak dari langkah pertama kita meniti karier.
Banyak Manfaat dari Menulis
Seperti sudah disinggung sebelumnya, kemampuan menulis bermanfaat dalam pekerjaan kita.
Namun, selain itu ternyata banyak manfaat lain yang bisa dipetik dari kemampuan menulis ini. Berikut ini beberapa di antaranya:
Menata diri
Ketika terbiasa menulis, maka kita akan belajar untuk menata diri kita.
Mulai dari pikiran, perkataan, hingga perbuatan. Semua terjadi secara perlahan-lahan hingga kemudian otomatis menjadi lebih tertata dan teratur. Sebab, ketika kita menulis, maka dituntut untuk menyampaikan gagasan secara teratur dan runtut agar tulisan kita dapat dimengerti oleh pembaca.
Tanpa penataan tulisan yang baik, pembaca akan kesulitan menangkap maksud kita.
Membagikan pengetahuan kepada orang lain
Dengan menulis, kita bisa membagikan pengetahuan kepada orang lain dan memberikan manfaat kepada banyak orang.
Dari pendidikan, bahan bacaan, pengalaman, pergaulan, dan lainnya kita akan mendapatkan pengetahuan. Sayang sekali jika pengetahuan tersebut hanya disimpan di dalam otak kita. Padahal, siapa tahu banyak orang di luar sana yang membutuhkan pengetahuan tersebut.
Kata orang bijak, “Pengetahuan yang tidak dibagikan, tak ada manfaatnya.”
Membangun reputasi dan personal branding (citra diri)
Apa salahnya dengan pencitraan?
Ketika tulisan kita banyak dan dapat ditemukan dengan mudah di berbagai tempat, maka itu bisa menjadi citra diri, reputasi kita, sekaligus personal branding sebagai seorang penulis. Dari karya-karya yang kita hasilkan, maka kita akan dikenal sebagai seorang penulis, pelukis, musisi, dan lainnya. Yang tidak boleh adalah ketika kita bohong, misalnya kita tak pernah sekalipun menulis, tetapi mengaku sebagai seorang penulis.
Tak ada yang salah dengan pencitraan yang terbukti.
Membuka berbagai peluang
Peluang dan kesempatan menanti mereka yang siap dan berkomitmen.
Setelah kita sering membagikan pengetahuan dan membangun personal branding, maka jangan heran jika peluang-peluang datang kepada kita. Contohnya kita bisa diundang sebagai narasumber, diminta menjadi pembicara, diajak membuat kelas menulis, dan lain-lain. Kita tidak pernah tahu kapan dan bagaimana datangnya peluang tersebut.
Ketika peluang dan kesempatan belum datang, maka tugas kita adalah terus menghasilkan karya.
Menulis bisa Menjadi Identitas dan Karier
Kini setelah terbit berbagai karya, menulis pun menjadi identitas dan karier kita.
Dalam bukunya Atomic Habit, James Clear menyampaikan bahwa agar sebuah kebiasaan melekat pada diri kita, maka kita perlu mengubah identitas. Termasuk juga para penulis. Agar kebiasaan menulis itu bisa tercipta, maka kita perlu mengubah identitas menjadi seorang penulis.
Identitas menimbulkan tanggung jawab dan membentuk kebiasaan.
Setelah menjadi identitas, kita bahkan bisa berkarier dari menulis. Hal ini pun bukanlah sesuatu yang aneh saat ini ketika internet dan dunia digital semakin berkembang pesat. Kita semua terhubung dengan tulisan dan tulisan.
Selama mesin pencari masih berbasis tulisan, penulis akan terus dibutuhkan.
Beragam peluang terbuka bagi kita yang ingin berkarier sebagai seorang penulis. Jika melihat lowongan pekerjaan yang dicari saat ini, maka akan kita temukan: content writer, copy writer, researcher, journalist, ghost writer dan lain-lain yang semua itu berkaitan dengan tulis menulis. Bahkan, kita pun bisa membuat peluang sendiri, misalnya dengan membentuk kelas-kelas menulis.
Kesalahan Terbesar di Awal Menulis
Berikut ini bonus poin untuk Anda. Sedikit kita tengok apa kesalahan terbesar yang pernah saya lakukan di awal menulis.
Saya berharap tidak melakukan kesalahan berikut ini:
Pertama adalah terlalu fokus di blog sendiri dan menulis untuk diri sendiri
Seandainya saat itu saya lebih memerhatikan keinginan dan pertanyaan orang lain dibandingkan berfokus pada diri sendiri. Seandainya saya juga lebih memanfaatkan situs dengan banyak pembaca dan sistem yang mampu mendistribusikan tulisan kita secara luas, mungkin saya akan memberikan manfaat kepada banyak orang secara lebih cepat.
Kedua adalah bermain solo
Di waktu awal dulu, saya belajar sendiri semuanya. Saya tidak bergabung di komunitas dan tidak memiliki mentor. Seandainya saat itu saya bergabung dengan komunitas dan ada mentor yang memandu, mungkin saya akan bisa berkembang lebih cepat.
Berita baiknya, kamu dapat menghindari kesalahan-kesalahan tersebut dengan bergabung di kelas menulis, memiliki komunitas, dan mentor. Kamu bisa melihat informasinya di Kelas Menulis untuk Media di Detak Pustaka.
Penulis: Sridewanto Pinuji