Aku Nulis Ini Buat Apa Sih? Curhat aja

Aku Nulis Ini Buat Apa Sih?

Sepenggal kisah yang bisa membuat semua orang bertanya-tanya kepadaku. Kamu kenapa Rif?

Sedih adalah salah satu emosi yang paling berbahaya. Banyak kisah di dunia menunjukkan bagaimana kegarangan orang sedih. Matinya John F. Kennedy, membuat publik sedih dan mengutuk semua elemen yang terlibat di dalamnya. Bahkan sampai sekarang simpatisan Kennedy masih ada. Gila gak? sudah lebih dari setengah abad tewas tertembak, namun masih ada orang yang loyal dan masih mencari biang keladi dibalik tragedi itu.

Dalam anime pun seperti itu. Seperti contoh anime Naruto, klan yang paling meneyedihkan dan kesedihan menjadi sumber kekuatannya adalah klan Uchiha. Klan terkuat bersama klan Senju itu memiliki sosok-sosok penting di masa lalu bahkan sampai sekarang. Masa lalu ada Uchiha Madara yang kekuatannya ditakuti semua negara. Masa sekarang ada Uchiha Sasuke yang kekuatannya setara dengan Naruto. Orang-orang kuat dari klan Uchiha tersebut tercipta karena kesedihan di masa lalu. Dimana terjadi tragedi menggenaskan yang terjadi pada mereka. Mulai dari peperangan, pembunuhan sampai pembantaian keluarga.

Sedih bisa dijadikan kekuatan, tapi sedih juga bukti bahwa kita memiliki kelemahan. Kesedihan yang berkepanjangan bisa menjadikan seseorang kehilangan rasa untuk merasakan kesedihan.  Dan pada akhirnya acuh terhadap permasalah sekitar, sosial masyarakat dan bahkan dirinya sendiri.

Kenapa emang dengan sedih, dari tadi bahas sedih terus?

Gak perlu dijawablah ya. Aku kasih analogi saja, apa yang akan kamu lakukan jika dibohongi dalam waktu yang sangat lama? tidak tahu fakta sebenarnya dan percaya terhadap semua ilusi yang diberikan.

Kalau nggak ketahuan sih tidak akan terasa, dan mungkin akan menjadi misteri sampai nanti perpisahan terjadi. Tapi andai ketahuan, sedih sih. Bagaikan hidup berdampingan dengan kebohongan. Semuanya kepalsuan dan tidak ada alasan untuk percaya lagi.

Dari dulu memang aku adalah ladang para wanita untuk mengkibuliku. Berawal dari dulu, dulu saat pertama kali pacaran. Ngibul semua, apa yang diucapkan pacarku waktu itu bullshit dan sampah semuanya. Itupun aku ketahui setelah putus. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya satu tahun lebih berharap pada seseorang yang memanipulasi dirinya sendiri?

Kisah awal yang mengawali semuanya. Bahkan kisahku menulis sebuah novel berawal dari kibulan perasaan wanita. Semua rasa yang ku tuangkan hanya tumpah tak ada wadah yang menampungnya. Ibaratnya seperti itu. Ku berikan semuanya, dan kau buang semuanya.

Tega, semua wanita yang pernah dekat denganku wajib punya rasa tega, tak peduli dan egois. Karena ujungnya memang akan meninggalkanku dengan luka. Mereka tidak rela jika meningglakanku dengan baju putih bersih seperti habis dicuci. Kalau bisa, aku harus memakai baju lusut, warna putih kekuningan seperti setelan baju upacara ketika SMA. Tapi baju yang tidak pernah diurus dan tidak pernah dicuci.

Pasti ada masanya ketika aku belajar dan kapok untuk mencintai. Setidaknya menyendiri dan merenungkan diri menanti yang terbaik lebih indah dibandingkan dihantam ratusan sakit hati. Tapi belum sekarang, entah menunggu saja. Aku pun tidak tahu kapan itu akan terjadi. Mungkin ketika semua yang kurasakan tidak bisa lagi kurasakan. Dan memang aku harus pergi meninggalkan semuanya.

Aku nulis ini buat apa sih?

Aku suka meluapkan perasaan yang tidak bisa ku luapkan, itu sebabnya aku menulis. Dan karena itulah Detak Pustaka ada.

Tinggalkan Komentar